Adat Istiadat Suku Sunda: Kebudayaan, Sejarah, Bahasa
Adatnusantara.xyz - Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal
dari bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan
yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta,
Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Suku Sunda
merupakan etnis kedua terbesar di Indonesia. Sekurang-kurangnya 15,2%
penduduk Indonesia merupakan orang Sunda.
Mayoritas orang Sunda beragama Islam, akan tetapi ada juga
sebagian kecil yang beragama kristen, Hindu, dan Sunda Wiwitan/Jati
Sunda. Agama Sunda Wiwitan masih bertahan di beberapa komunitas pedesaan
suku Sunda, seperti di Kuningan dan masyarakat suku Baduy di Lebak
Banten yang berkerabat dekat dan dapat dikategorikan sebagai suku Sunda.
Orang Sunda dikenal memiliki sifat optimistis, ramah, sopan,
dan riang.[2] Orang Portugis mencatat dalam Suma Oriental bahwa orang
sunda bersifat jujur dan pemberani. Orang sunda juga adalah yang pertama
kali melakukan hubungan diplomatik secara sejajar dengan bangsa lain.
Sejarah
Kata Sunda menurut bahasa Sansekerta
Menurut Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar kata sund atau kata suddha dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai pengertian bersinar, terang, berkilau, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa, 1949: 289).
Menurut Rouffaer (1905: 16) menyatakan bahwa kata Sunda berasal dari akar kata sund atau kata suddha dalam bahasa Sansekerta yang mempunyai pengertian bersinar, terang, berkilau, putih (Williams, 1872: 1128, Eringa, 1949: 289).
Kata Sunda menurut bahasa Jawa Kuno
Dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) dan bahasa Bali pun terdapat kata Sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219).
Dalam bahasa Jawa Kuno (Kawi) dan bahasa Bali pun terdapat kata Sunda, dengan pengertian: bersih, suci, murni, tak tercela/bernoda, air, tumpukan, pangkat, waspada (Anandakusuma, 1986: 185-186; Mardiwarsito, 1990: 569-570; Winter, 1928: 219).
Orang Sunda meyakini bahwa memiliki etos atau karakter Kasundaan,
sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Karakter Sunda yang dimaksud
adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas
diri), dan pinter (cerdas). Karakter ini telah dijalankan oleh
masyarakat yang bermukim di Jawa bagian barat sejak zaman kerajaan
Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Tarumanagara Kerajaan Sunda-Galuh,
Kerajaan Pajajaran hingga sekarang.
Nama Sunda mulai digunakan oleh raja Purnawarman pada tahun 397 untuk
menyebut ibukota Kerajaan Tarumanagara yang didirikannya. Untuk
mengembalikan pamor Tarumanagara yang semakin menurun, pada tahun 670,
Tarusbawa, penguasa Tarumanagara yang ke-13, mengganti nama Tarumanagara
menjadi Kerajaan Sunda.
Pandangan Hidup
Masyarakat Sunda mempunyai pandangan hidup yang diwariskan oleh nenek
moyangnya. Seperti yang pada ungkapan tradisional berikut ini
"Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke, aya ma
beuheula aya tu ayeuna, hanteu ma beuheula hanteu tu ayeuna. Hana
tunggak hana watang, tan hana tunggak tan hana watang. Hana ma tunggulna
aya tu catangna."
Artinya: Ada dahulu ada sekarang, bila tak ada dahulu tak akan ada
sekarang, karena ada masa silam maka ada masa kini, bila tak ada masa
silam takan ada masa kini. Ada tunggak tentu ada batang, bila tak ada
tunggak tak akan ada batang, bila ada tunggulnya tentu ada batangnya.
Baca Juga:
Gambang Alat Musik Tradisional ( Artikel Lengkap )
Hubungan antara sesama manusia
Hubungan antara manusia dengan sesama manusia dalam masyarakat Sunda tampak pada ungkapan-ungkapan berikut ini:
- Kawas gula eujeung peueut yang artinya hidup harus rukun saling menyayangi, tidak pernah berselisih.
- Mulah marebutkeun balung tanpa eusi yang artinya jangan memperebutkan perkara yang tidak ada gunanya.
- Mulah ngaliarkeun taleus ateul yang artinya jangan menyebarkan perkara yang dapat menimbulkan keburukan atau keresahan.
- Mulah nyolok panon buncelik yang artinya jangan berbuat sesuatu di hadapan orang lain dengan maksud mempermalukan.
- Buruk-buruk papan jati yang artinya berapapun besar kesalahan saudara atau sahabat, mereka tetap saudara kita, orang tua tentu dapat mengampuninya.
Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya
Hubungan antara manusia dengan negara dan bangsanya dalam masyarakat Sunda terpancar dalam ungkapan-ungkapan berikut ini :
- Kudu nyanghulu ka hukum, nunjang ka nagara, mupakat ka balareya (harus menjunjung tinggi hukum, berpijak kepada ketentuan negara, dan bermupakat kepada kehendak rakyat.
- Bengkung ngariung bongkok ngaronyok (bersama-sama dalam suka dan duka).
- Nyuhunkeun bobot pangayon timbang taraju (memohon pertimbangan dan kebijaksanaan yang seadil-adilnya, memohon ampun)
Bahasa
Ada beberapa dialek dalam bahasa Sunda, mulai dari dialek
Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur
bahasa Jawa. Berikut dialek-dialek bahasa Sunda dan lokasi cakupannya:
- Dialek Barat (Bahasa Sunda Banten) mencakup daerah Banten dan lampung
- Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara yaitu kota Bogor dan beberapa daerah Pantura.
- Dialek Selatan (Priangan) mencakup kota Bandung dan sekitarnya
- Dialek Tengah Timur mencakup daerah Kabupaten majalengkan dan Indramayu.
- Dialek Timur Laut (Bahasa Sunda Cirebon) mencakup daerah Cirebon dan Kuningan, dan beberapa kecamatan di Kabupaten Brebes dan Tegal Jawa Tengah.
- Dialek Tenggara mencakup daerah Ciamis, beberapa kecamatan di Kabupaten Cilacap dan Banyumas Jawa Tengah.
Kesenian
Seni tari
Seni tari utama dalam Suku Sunda adalah :
- Tari jaipongan
- Tari merak,
- Tari topeng.
Wayang Golek
Wayang Golek adalah pementasan sandiwara boneka yang terbuat dari kayu dan dimainkan oleh seorang sutradara merangkap pengisi suara yang disebut Dalang.
Seni musik
Sinden merupakan ciri khas penyanyi sunda. Penyanyi ini
biasanya seorang wanita dan tidak sembarangan orang dapat menyanyikan
lagu yang dibawakan Sinden karena nada dan ritme-nya cukup sulit untuk
ditiru dan dipelajari. Dibawah ini salah salah satu musik/lagu daerah
Sunda :
1. Bubuy Bulan
2. Es Lilin
3. Manuk Dadali
4. Tokecang
5. Warung Pojok
2. Es Lilin
3. Manuk Dadali
4. Tokecang
5. Warung Pojok
Alat Musik Tradisional
1. Calung
2. Angklung
2. Angklung
Rumah Adat
Rumah adat Sunda sebenarnya memiliki nama yang berbeda-beda
bergantung pada bentuk atap dan pintu rumahnya. Secara tradisional ada
atap yang bernama suhunan Jolopong, Tagong Anjing, Badak Heuay, Perahu
Kemureb, Jubleg Nangkub, Capit Gunting, dan Buka Pongpok. Dari
kesemuanya itu, Jolopong adalah bentuk yang paling sederhana dan banyak
dijumpai di daerah-daerah cagar budaya atau di desa-desa.
Baca Juga:
Asal Usul dan Peradaban Suku Makassar ( Artikel Lengkap )
Sistem Kekerabatan
Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat bilateral, garis
keturunan ditarik dari pihak bapak dan ibu. Dalam keluarga Sunda, bapak
yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat
dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai
seluruh sendi kehidupan suku Sunda.
Masakan Khas
Beberapa jenis makanan jajanan tradisional Indonesia yang
berasal dari tanah sunda, seperti sayur asem, sayur lodeh, pepes,
lalaban, dll.
Profesi
Mayoritas masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani, dan
berladang, ini disebabkan tanah Sunda yang subur. Selain bertani,
masyarakat Sunda masa kini juga menjadi pengusaha dan pedagang sebagai
mata pencariannya. Profesi lainnya adalah sebagai pegawai negeri,
penyanyi, seniman, dokter, diplomat dan pengusaha.
Search Populer:
- bahasa suku sunda
- adat istiadat suku sunda
- tradisi suku sunda
- pakaian suku sunda
- tarian suku sunda
- rumah adat suku sunda
- ciri khas suku sunda
- kebudayaan suku sunda
0 Response to "Adat Istiadat Suku Sunda: Kebudayaan, Sejarah, Bahasa"