Kebudayaan Suku Aneuk Jamee Aceh ( Artikel Lengkap )
Kata "Aneuk Jamee" berasal dari Bahasa Aceh yang
berarti "anak tamu", "anak yang berkunjung" atau "pendatang
baru". Nama ini digunakan untuk menggambarkan orang-orang Minang berasal
dari Lubuk Sikaping, Pariaman, Rao, dan Pasaman yang mulai bermigrasi ke daerah
tersebut pada abad ke-17.
Secara bertahap, mereka berasimilasi dengan orang-orang Aceh
yang ada di daerah tersebut. Proses asimilasi tersebut dipermudah oleh
kepercayaan Islam yang umum. Namun, pada akhirnya mereka merasa bahwa mereka
bukanlah orang Aceh maupun orang Minangkabau, tetapi masyarakat baru yang
memiliki budaya dan bahasa sendiri.
Sejarah
Dahulu migrasi orang Minang ke pesisir barat Aceh telah
berlangsung sejak abad ke-16. Banyak dari saudagar Minang yang melakukan
perdagangan dengan Kesultanan Aceh. Selain itu, mereka juga memperdalam
ilmu agama di Aceh. Salah satunya ialah Syeikh Burhanuddin Ulakan, seorang ulama yang
berasal dari Ulakan, Pariaman, Sumatera Barat yang pernah menimba ilmu di Aceh
kepada Syekh Abdurrauf Singkil dari Singkil, Aceh,
yang pernah menjadi murid dan penganut setia ajaran Syekh Ahmad al-Qusyasyi
Madinah. Oleh Syekh Ahmad keduanya diberi wewenang untuk menyebarkan agama Islam di
daerahnya masing-masing.
Gelombang migrasi berikutnya terjadi pada masa Perang
Paderi. Dimana pada masa itu banyak dari masyarakat Minang yang menghindar
dari pergolakan dan penjajahan Hindia-Belanda.
Kebudayaan
Kebudayaan suku Aneuk Jamee adalah kombinasi dari budaya
Aceh dan Budaya Minangkabau. Ini terlihat dari cara dan perlengkapan adat pengantin
wanita yang menambahkan semacam sunting (mahkota) di kepala yang merujuk pada
adat dari daerah Bukit Tinggi. Sedangkan pakaian adat pria tetap mengikuti pakaian
adat Aceh.
Penyebaran
Suku ini banyak terdapat di kabupaten Aceh
Selatan, lebih kurang 30 % populasi. Sebagian kecil lainnya berada di
kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh Barat, Aceh
Singkil dan Simeulue.
Berikut kawasan penyebaran suku Aneuk Jamee:
1. Aceh Selatan, Kecamatan: Kemukiman Kandang (Kluet Selatan), Labuhan Haji, Labuhan Haji Timur, Sama Dua dan Tapak Tuan.
2. Aceh Barat Daya, Kecamatan: Susoh.
3. Aceh Barat, Umumnya terkonsentrasi di beberapa desa
dalam Kecamatan Meureubo (bercampur dengan Suku Aceh)
yaitu desa Gunong Kleng, Peunaga, Meureubo, Ranto Panyang dan sekitarnya.
Disamping itu, sebagian kecil juga mendiami Desa Padang Seurahet yang termasuk
dalam Kecamatan Johan Pahlawan. Umumnya yang disebut
terakhir ini merupakan keturunan pendatang yang berasal dari Kabupaten Aceh
Selatan dan telah menetap lama di Aceh Barat secara turun temurun.
4. Simeulue, Sinabang
5. Aceh Singkil, Kota Singkil,
kecamatan Pulau Banyak (ada 3 desa, yaitu:
Pulau Balai, Pulau Baguk dan Teluk Nibung)
Bahasa
Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Minangkabau dengan dialek Aceh, atau
yang dikenal dengan Bahasa Jamee. Bahasa Jamee merupakan Bahasa Minangkabau
yang telah menyerap beberapa unsur dan kosa kata Bahasa Aceh.
Kini kebanyakan anggota masyarakat Suku Aneuk Jamee, terutama yang mendiami
kawasan yang didominasi oleh Suku Aceh menggunakan
Bahasa Aceh. Bahasa Jamee hanya dituturkan di kalangan
orang-orang tua saja dan saat ini umumnya mereka lebih lazim menggunakan Bahasa
Aceh sebagai bahasa pergaulan sehari-hari (lingua franca).
Kepercayaan
Orang-orang Aneuk Jamee adalah penganut agama Islam. Seperti
suku-suku lain di Indonesia, orang-orang Aneuk Jamee juga masih memiliki unsur
kepercayaan sebelumnya yang tidak mudah dilupakan. Praktik perdukunan masih sering
digunakan untuk berbagai keperluan
Adat Istiadat
Sistem kekerabatan tampaknya terdapat kombinasi antara
budaya Minangkabau dan Aceh. Garis keturunan diperhitungkan berdasarkan prinsip
bilateral, sedangkan adat menetap sesudah nikah adalah uxorilikal (tinggal
dalam lingkungan keluarga pihak wanita). Kerabat pihak ayah mempunyai kedudukan
yang kuat dalam hal pewarisan dan perwalian, sedangkan ninik mamak berasal dari
kerabat pihak ibu. Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah keluarga inti yang
disebut rumah tangga. Ayah berperan sebagai kepala keluarga yang mempunyai kewajiban
memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggung jawab seorang ibu yang utama adalah
mengasuh anak dan mengatur rumah tangga.
Sistem pemerintahan
adat
Pada gampong (kampung atau desa) suku Aneuk Jamee dikepalai
oleh seorang geucik atau kecik. Dalam setiap gampong ada sebuah meunasah
(madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong
disebut mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu para panglima yang
berjasa kepada sultan. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong
dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum meunasah, teungku
khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).
Search Populer:
- belajar bahasa aneuk jamee
- kamus bahasa aneuk jamee
- adat istiadat suku aneuk jamee
- tarian suku aneuk jamee
- makanan khas suku aneuk jamee
- kesenian suku aneuk jamee
- senjata suku aneuk jamee
- belajar bahasa aceh selatan
0 Response to "Kebudayaan Suku Aneuk Jamee Aceh ( Artikel Lengkap )"