Suku Donggo dari Nusa Tenggara Barat ( Artikel Lengkap )
Kata "donggo" atau "dou donggo" berarti "orang gunung". Suku
Donggo terbagi dari 2 kelompok, yang dapat dibedakan berdasarkan
daerahnya, yaitu Donggo Ipa dan Donggo Ela. Daerah Donggo Ipa terletak
di sebelah timur teluk Bima, sedangkan suku Donggo Ela terletak di
sebelah barat teluk Bima. Perkampungan mereka terletak di pinggir jalan
atau sungai.
Bahasa
Suku Donggo menggunakan bahasa Bima Donggo dalam percakapan
sehari-hari. Bahasa Bima Donggo memiliki 2 kasta bahasa, yang disebut
sebagai bahasa halus dan bahasa kasar.
Rumah Adat
Suku Donggo memiliki rumah adat tradisional disebut Uma Leme yang
bentuknya berbeda dengan masyarakat lain di Bima. Tinggi rumah ini
mencapai 7 meter dengan ukuran sekitar 3×4 meter. Atap yang digunakan
adalah alang-alang dan menggunakan dinding kayu sangga (kayu yang
diyakini bisa menolak bala dan bencana). Rumah ini disebut juga rumah
Ncuhi atau Uma Ncuhi. Di rumah ini disimpan barang-barang sesembakan dan
alat-alat kesenian.
Kesenian
Masyarakat Donggo memiliki beberapa seni budaya dan upacara adat, diantaranya adalah
1. Upacara Kasaro (acara untuk orang meninggal)
2. Upacara Sapisari (penguburan)
3. Doa Rasa (doa kampung) yang diadakan 5 tahun sekali
6. Tari Kalero dan pesta Raju (anjing hutan).
2. Upacara Sapisari (penguburan)
3. Doa Rasa (doa kampung) yang diadakan 5 tahun sekali
6. Tari Kalero dan pesta Raju (anjing hutan).
Baca Juga:
Suku Batak Mandailing dari Sumatra Utara ( Artikel Lengkap )
Sistem Kepercayaan
Sebagian besar suku Donggo memeluk agama Islam dan sebagian kecil
memeluk agama Kristen. Dahulu sebelum orang Donggo memeluk agama Islam
dan Kristen, mereka menganut agama kepercayaan terhadap dewa-dewa, yang
mengandung unsur Hindu-Budha. Mereka menjunjung tinggi Lewa (dewa) yaitu
kekuatan gaib yang ada di alam. Dewa yang tertinggi dan ditakuti adalah
Lewa Langi (Dewa Langit) yang tinggal di matahari. Mereka juga percaya
roh-roh di sekitar mereka yang dalam bahasa Donggo disebut Rawi. Dalam
keyakinan mereka, ada roh yang suka mengganggu dan roh yang suka
menolong, misalnya Rawi Ndoe (angin dari roh nenek moyang atau
pelindung).
Wilayah
Sebagian masyarakat Donggo menempati wilayah kecamatan Donggo, yang
dikenal dengan nama Dou Donggo Sebagian lain mendiami kecamatan Wawo
Tengah (pegunungan) seperti Teta, Tarlawi, Kuta, Sambori dan Kalodu Dou
Donggo Ele. Pada awalnya, sebenarnya penduduk asli ini tidak semuanya
mendiami wilayah pegunungan. Salah satu alasan mengapa mereka umumnya
mendiami wilayah pegunungan adalah karena terdesak oleh
pendatang-pendatang baru yang menyebarkan budaya dan agama yang baru
pula.
Untuk mempertahankan kepercayaan leluhur maka mereka mendiami wilayah
pegunungan. Kepercayaan asli nenek moyang mereka adalah kepercayaan
terhadap Marafu (animisme). Kepercayaan terhadap Marafu inilah yang
telah mempengaruhi segala pola kehidupan masyarakat, sehingga sangat
sukar untuk ditinggalkan meskipun mereka telah menganut agama baru.
Pakaian Adat
1. Pakaian adat wanita
Pakaian adat suku Donggo didominasi dengan warna hitam dan telah mereka
pakai sejak zaman nenek moyang dahulu, yang digunakan pada upacara adat
dan ritual masyarakat Donggo. Pakaian adat untuk perempuan dewasa
menggunakan Kababu, yang terbuat dari benang katun yang disebut baju
pendek (baju Poro). Di bagian bawah memakai Deko (sejenis celana panjang
sampai di bawah lutut). Mereka menggunakan kalung dan manik manik
giwang sebagai perhiasannya. Sedangkan untuk perempuan remaja tetap
memakai Kababu yang membedakan adalah cara memakai perhiasan yang
terlihat agak unik yaitu dengan dililitkan dan dibiarkan terjuntai dari
leher ke dada.
2. Pakaian Adat Laki-laki
Laki-laki suku Donggo mengenakan baju Mbolo Wo’o (baju leher bundar
berwarna hitam). Di bagian bawah mengenakan sarung yang disebut Tembe
Me’e Donggo, yang terbuat dari benang kapas berwarna hitam dan
bergaris-garis putih. Lalu dipinggang dipasang Salongo (sejenis ikat
pinggang berwarna merah atau kuning yang berfungsi sebagai tempat untuk
menyematkan pisau atau keris atau parang). Untuk alas kaki atau sandal
mereka menggunakan Sadopa yang terbuat dari kulit binatang.
Senjata Tradisional
Senjata tradisional masyarakat Donggo adalah Pisau Mone (pisau kecil) yang behulu panjang dengan bentuk agak panjang.
Baca Juga:
Suku Flores suku dari Nusa Tenggara Timur
Mata pencaharian
Masyrakat Donggo pada umumnya hidup pada bidang pertanian,
seperti menanam padi di sawah dan menanam berbagai tanaman di ladang dan
di kebun. Namun mereka juga memelihara hewan ternak, seperti kuda dan
sapi dan berburu di hutan. Suku donggo juga terkenal karena ahli dalam
meramu. Sebelum mengenal teknik pertanian, mereka biasanya melakukan
perladangan berpindah-pindah, dan karena itu tempat tinggal mereka pun
selalu berpindah-pindah pula (nomaden)
Search Populer:
- rumah adat suku donggo
- upacara kasaro
- suku bima berasal dari daerah mana
- sifat orang bima
- jumlah suku bangsa di indonesia
- suku suku di indonesia dan asalnya
- macam macam suku di indonesia dan penjelasannya
- macam macam suku bangsa dan uraiannya
- jumlah suku di indonesia tahun 2017
- suku di indonesia berdasarkan provinsi
- suku bangsa di indonesia beserta gambarnya
- suku bangsa adalah
0 Response to "Suku Donggo dari Nusa Tenggara Barat ( Artikel Lengkap )"