Suku Togutil (Keturunan Portugis ) dari Halmahera
Tanah Maluku yang terkenal akan cengkeh dan
pala menjadi incaran bangsa Eropa yang lalu berlomba-lomba datang untuk
menguasainya.
Pada tahun 1546, Portugis mulai menyisir setiap pantai
dan pulau yang ada di bumi Maluku Utara. Teluk Galela tidak ketinggalan. Tahun
1570 Sultan Khairun diracuni oleh Portugis saat sedang melangsungkan
perundingan. Putranya, Sultan Babullah bersumpah untuk mengusir Portugis keluar
dari benteng-benteng mereka dan secara gencar mengincar dan mengempur setiap
kubu pertahanan portugis termasuk yang terdapat di Mamuya yang tidak tercatat
dalam sejarah.
Peristiwa ini banyak memakan korban di pihak
Portugis. Bantuan kapal yang datang juga tidak lepas dari incaran. Salah satu
kapal besar yang berlayar menyusuri kali Tiabo, pada waktu itu sebagian lembah
Galela masih tergenang air, akhirnya karam di daerah Dokulamo yang berada pada
posisi 3 Km dari kali Tiabo dan 9 km dari tepi pantai. Saksi mata sekaligus
pemilik lahan, Alm. Yulianus Senyenyi, pernah berkisah bahwa ketika dirinya
sedang mengolah lahannya dirinya menemukan bangkai kapal berukuran panjang 30
depa atau sekitar 45 meter dan lebar 9 depa (15 meter).
Kapal Portugis tersebut masuk ke hulu Tiabo
untuk menghindari pengejaran pasukan Korakora Sultan Ternate. Sayangnya mereka
bernasib sial karena meskipun berhasil meluputkan diri namun pasukan Alifuru di
pedalaman Galela telah menanti. Pertempuran pun tak dapat dielakkan lagi.
Pada serangan pertama, pasukan Portugis
dengan senjata apinya berhasil memakan banyak korban di pihak Alifuru. Serangan
kedua pun dilakukan, namun kali ini tidak lagi menggunakan kekuatan fisik dan
kontak senjata. Pasukan Alifuru menggunakan lebah sebagai kekuatan untuk
melumpuhkan musuh. Serangan ini membuat pasukan Portugis yang berada baik di
kapal maupun di darat menjadi kalang kabut ketika kawanan lebah datang dari
berbagai arah untuk menyerang mereka.
Sengatan lebah-lebah ini ternyata menimbulkan
banyak korban di pihak Portugis. Upaya penyelamatan dilakukan dengan api dan
belerang serta serangan balik dengan tembakan yang membabibuta, membuat pasukan
Alifuru mundur dan menghindar dari peluru-peluru nyasar. Mundurnya pasukan
Alifuru digunakan oleh Portugis untuk segera meninggalkan kapal dan daerah
Dokulamo menuju arah selatan. Mereka bermukim di daerah Gunung Hum dan kemudian
menamakan daerah tersebut Rum yang mengisyaratkan bahwa daerah itu adalah
tempat tinggal orang-orang yang berasal dari Rumawi.
Orang-orang Portugis di daerah Hum/Rum tidak dapat
tinggal dengan tenang karena orang-orang Galela sering mengusik ketentraman
mereka. Mereka pun kemudian memilih hijrah ke daerah Tobelo dengan menepati
bebukitan Karianga arah selatan daerah Wangongira, Kusuri, lembah Kao, batang
sungai kali Jodo menuju arah Tetewang. Perpindahan ini mempertemukan mereka
dengan sesama bangsanya yang bernasib serupa di sekitar Pasir Putih yang
kapalnya karam.
Sebagian dari mereka
menetap dan menyatu dengan masyarakat setempat. Untuk menghilangkan jejak
sebagai orang Portugis mereka belajar bahasa Tobelo. Mereka kemudian hidup
bergaul dengan orang Tobelo dan Kao yang pada akhinya membuat kebanyakan orang
Togutil berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Tobelo Boeng dan Modole.
Upaya-upaya ini dilakukan untuk menghindari kejaran pasukan Ternate dan Alifuru
terhadap sisa-sisa orang Portugis di Maluku Utara yang lari ke hutan.
Pada perkembangannya,
orang-orang Portugis ini kemudian hidup dengan cara berpindah-pindah ke daerah
yang mereka anggap lebih aman sambil tetap berkembang biak. Populasi mereka
diketahui menempati hutan di selatan Halmahera Utara sampai ke hutan Wasilei di
Halmahera Timur.
Perawakan suku Togutil yang belum kawin
campur adalah seperti orang Portugis pada umumnya. Mereka berperawakan tinggi
besar, berkulit putih dan berhidung mancung. Pola hidup mereka masih sangat
bergantung pada hasil alam. mereka hidup nomaden. Setelah persediaan berkurang mereka
akan berpindah ke daerah baru.
Demikianlah sehingga mereka kemudian dikenal sebagai
pemilik hutan Halmahera mengingat merekalah yang pertama menjelajahi dan
menempati hutan Halmahera.
Pola hidup suku Togutil yang sudah berbaur dengan masyarakat dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam bercocok tanam umbi-umbian dan buah-buahan serta tanaman tahunan sehingga hidupnya tidak lagi berpindah-pindah tempat.
Pola hidup suku Togutil yang sudah berbaur dengan masyarakat dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam bercocok tanam umbi-umbian dan buah-buahan serta tanaman tahunan sehingga hidupnya tidak lagi berpindah-pindah tempat.
Mereka juga sudah dapat
menggunakan alat-alat pertanian dan berbusana dengan baik. Suku Togutil
kini bukanlah suku terasing tapi lebih merupakan suku asli penghuni rimba
Halmahera. Butuh perhatian, kepedulian dari berbagai pihak untuk mengangkat
harkat dan martabat hidup mereka layaknya masyarakat Halmahera lainnya. Hutan
adalah istana hidup sedangkan pesisir pantai adalah petaka hidup bagi mereka
yang disebut Togutil
Search Populer:
- ciri ciri suku togutil
- asal usul suku togutil
- pakaian adat suku togutil
- kebudayaan suku togutil
- rumah adat suku togutil
- sistem pengetahuan suku togutil
- kesenian suku togutil
- makanan khas suku togutil
0 Response to "Suku Togutil (Keturunan Portugis ) dari Halmahera"