Sejarah dan Kebudayaan Suku Dompu
Dompu adalah suku bangsa yang berdiam di
pulau Sumbawa, dalam wilayah Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB). Mereka ini tersebar dalam empat Kecamatan, yakni Huu,
Dompu, Kempo, dan Kilo.
Di keempat Kecamatan ini mereka hidup berdampingan dengan beberapa suku bangsa lain, baik sebagai penduduk asal maupun sebagai pendatang dari daerah lain, misalnya orang Donggo, Mbojo, Melayu, Bugis, Sasak, dan lain-lain.
Tetangga sebagai penduduk asal di sekitar Kabupaten Dompu
adalah orang Mbojo yang merupakan penduduk dominan di Kabupaten Bima di
sebelah timur, dan orang Sumbawa di Kabupaten Sumbawa di sebelah barat.
Baca Juga:
Sejarah dan Kebudayaan Suku Suhaid
Lingkungan Alam Orang Dompu
Kabupaten Dompu yang luasnya 3.324 kilometer persegi itu merupakan
daerah berbukit-bukit dan daerah vulkanik. Di sela-sela perbukitan itu
terdapat dataran yang dimanfaatkan masyarakatnya untuk persawahan dan
usaha pertanian lainnya.
Curah hujan rata-rata setiap tahunnya 1.000 - 1.500 melimeter. Disana
ada tiga sungai yang relatif besar, yaitu sungai Guwukara, Nae, dan
Kilo. Awal tahun 1980-an hutan primer seluas 72.125 hektar dan hutan
sekunder 35.500 hektar, yang lainnya berupa padang rumput dan
alang-alang, sawah, ladang, kebun, dan lain-lainnya.
Demografi dan Bahasa Suku Dompu
Jumlah penduduk kabupaten Dompu tahun 1971 sebesae 74.150 jiwa dengan
kepadatan 31 perkilometer persegi. Pada tahun 1985, jumlah penduduk
Kabupaten ini menjadi 116.975 jiwa yang tersebar dalam empat Kecamatan
tadi. Belum ditemukan data berapa jumlah orang Dompu di antara jumlah
tersebut di atas.
Suatu hasil penelitian lapangan Depdikbud NTB tahun 1983 pada tiga
dari empat Kecamatan tersebut, ada perkiraan jumlah orang Dompu dan
anggota kelompok lain yang ada pada masing-masing Kecamatan tersebut.
Kecamatan Kilo yang berpenduduk 5.990 jiwa diperkirakan terdiri dari
orang Dompu (50 %), orang Melayu (18 %), orang Wera (15 %), orang Donggo
(15 %), dan sisanya adalah orang Sape, orang Bali, Timor, dan
lain-lain.
Kecamatan Dompu yang berpenduduk 59.526 jiwa diperkirakan terdiri dari orang Dompu (85 %), orang Mbojo atau Bima (5 %), Bugis (3 %), dan selebihnya adalah orang Sasak, Bali, Cina, Arab, Timor, dan lain-lain.
Kecamatan Kempo yang berpenduduk 25.148 jiwa terdiri dari orang Dompu (82 %), orang Sasak (13 %), orang Bone (3,5 %), dan selebihnya adalah orang Bali, Orang Bajo, orang Cina, dan lain-lain.
Kecamatan Huu yang berpenduduk 12.447 jiwa terdiri dari orang Dompu, Bugis, Jawa, Sasak, Bali, Timor, dan Cina. Untuk masing-masing kelompok ini tidak ada perkiraan jumlahnya, namun orang Dompu merupakan penduduk mayoritas.
Mobilitas orang Dompu keluar kecamatannya terbilang rendah. Kalau ada di antara mereka yang keluar terutama karena faktor pendidikan, dan sebagian lain karena faktor ekonomi. Sebaliknya, orang luar banyak yang masuk ke daerah ini, seperti yang tampak pada data-data tersebut di atas.
Orang Dompu umumnya menggunakan bahasa Mbojo yang biasa disebut Nggahi Mbojo. Bahasa ini biasa pula disebut bahasa Bima, dan orang Mbojo sendiri kadang-kadang disebut orang Bima. Suku bansga lainnya tadi juga menggunakan bahasa sendiri, misalnya bahasa Melayu, Bali, Sasak, dan lain-lain.
Kecamatan Dompu yang berpenduduk 59.526 jiwa diperkirakan terdiri dari orang Dompu (85 %), orang Mbojo atau Bima (5 %), Bugis (3 %), dan selebihnya adalah orang Sasak, Bali, Cina, Arab, Timor, dan lain-lain.
Kecamatan Kempo yang berpenduduk 25.148 jiwa terdiri dari orang Dompu (82 %), orang Sasak (13 %), orang Bone (3,5 %), dan selebihnya adalah orang Bali, Orang Bajo, orang Cina, dan lain-lain.
Kecamatan Huu yang berpenduduk 12.447 jiwa terdiri dari orang Dompu, Bugis, Jawa, Sasak, Bali, Timor, dan Cina. Untuk masing-masing kelompok ini tidak ada perkiraan jumlahnya, namun orang Dompu merupakan penduduk mayoritas.
Mobilitas orang Dompu keluar kecamatannya terbilang rendah. Kalau ada di antara mereka yang keluar terutama karena faktor pendidikan, dan sebagian lain karena faktor ekonomi. Sebaliknya, orang luar banyak yang masuk ke daerah ini, seperti yang tampak pada data-data tersebut di atas.
Orang Dompu umumnya menggunakan bahasa Mbojo yang biasa disebut Nggahi Mbojo. Bahasa ini biasa pula disebut bahasa Bima, dan orang Mbojo sendiri kadang-kadang disebut orang Bima. Suku bansga lainnya tadi juga menggunakan bahasa sendiri, misalnya bahasa Melayu, Bali, Sasak, dan lain-lain.
Baca Juga:
Sejarah dan Kebudayaan Suku Marae
Mata Pencaharian Suku Dompu
Sebagian besar anggota masyarakat Dompu hidup dari pertanian, tanaman
pangan dan kebun, serta perikanan. Sebagian lainnya adalah pedagang,
beternak, dan pegawai. Pertanian sawah teknis, setengah teknis, dan
sederhana meliputi wilayah sekitar 13.000 hektar pada tahun 1985.
Hasil-hasil pertanian lain adalah ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai,
dan jagung.
Hasil-hasil perkebunan yang cukup penting adalah tembakau,
kapuk, kemiri, pinang, dan asam. Perkebunan kelapa dan kopi masih belum
memberi hasil yang cukup berarti. Perikanan laut dan air tawar telah
memberikan hasil yang cukup besar.
Agama dan Kepercayaan Suku Dompu
Data tahun 1985 menunjukkan bahwa 98 % penduduk Kabupaten Dompu adalah
pemeluk agama Islam, dan selebihnya beragama Katolik, Protestan, Hindu,
dan Buddha. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari para ulama merupakan
salah satu golongan masyarakat yang kedudukannya terpandang, di samping
golongan terdidik, yang ekonominya baik.
Search Populer:
- kesenian suku dompu
- senjata tradisional suku dompu
- suku donggo
- rumah adat suku dompu
- sistem kekerabatan suku dompu
- mengentaskan seorang anak pada adat pernikahan surakarta adalah arti dari tahap
- budaya dompu tempo dulu
- prof mr cornelis van vollenhoven membagi indonesia menjadi
- Suku Dompu
- sejarah Suku Dompu
- kumpulan suku di indonesia
- suku di indonesia terlengkap
- daftar suku di indonesia
0 Response to "Sejarah dan Kebudayaan Suku Dompu"