10 Tari Tradisional Jawa Timur
10 Tari Tradisional Jawa Timur | Adatnusantara.web.id- Jawa Timur
adalah sebuah provinsi yang terletak di Bagian Timur Pulau Jawa. Yaitu
kawasan dengan luas wilayah 47.922 km² meliputi 38 Kota dan Kabupaten.
Dalam bidang tari tarian, daerah Jawa Timur memiliki beragam seni tari
yang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Sebut
saja Tari Reog Ponorogo yang sangat terkenal bahkan sempat akan
dipatenkan oleh negara tetangga. Oleh sebab itulah ada baiknya generasi
muda mengenali budaya daerah sendiri hingga tidak akan diklaim oleh
negara lainnya.
Banyak sekali tari daerah Jawa Timur yang ada saat ini yang terdiri dari tari klasik, folkklasik/ tari rakyat,
tari kreasi atau tari modern. Seni Tari di Jawa Timur pada umumnya
dikelompokan juga dalam seni tari gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa Timuran,
Tarian Jawa gaya Osing, dan tarian gaya Madura. Namun pada kesempatan
ini, kita akan mengenal 10 tari tradisional Jawa Timur, yang kami
sajikan secara singkat. Pembahasan mengenai detil tarian akan kami
update kemudian pada artikel yang berbeda.
10 Tari Tradisional Jawa Timur
1. Tari Gandrung Banyuwangi
Tari Gandrung Banyuwangi
adalah tari daerah yang berasal dari Banyuwangi Jawa Timur. Kata
Gandrung sendiri berarti terpesona, yaitu menggambarkan rasa pesona
masyarakat Banyuwangi terhadap Dewi Sri
atau Dewi Padi yang telah membawa kesejahteraan kepada masyarakat. Oleh
karena itulah maka tari Gandrung Banyuwangi ini dahulu biasa dibawakan
setelah panen raya.
Tarian
Gandrung Banyuwangi merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan
iringan musik khas perpaduan budaya jawa dan Bali. Tari Gandrung
dilakukan oleh seorang wanita penari profesional yang menari bersama
tamu (terutama pria) yang disebut dengan istilah pemaju
Gandrung
sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik
laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi
lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan,
pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir
hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00)
Adapun kostum atau tata busana yang dikenakan oleh penari Gandrung Banyuwangi sedikit berbeda dengan penari jawa lainnya. Pakaian tradisional yang dikenakan oleh penari Gandrung Banyuwangi sedikit dipengaruhi oleh pakaian Bali.
Busana
untuk tubuh terdiri dari baju yang terbuat dari beludru berwarna
hitam, dihias dengan ornamen kuning emas, serta manik-manik yang
mengkilat dan berbentuk leher botol yang melilit leher hingga dada,
sedang bagian pundak dan separuh punggung dibiarkan terbuka. Di bagian
leher tersebut dipasang ilat-ilatan yang menutup tengah dada dan sebagai
penghias bagian atas. Pada bagian lengan dihias masing-masing dengan
satu buah kelat bahu dan bagian pinggang dihias dengan ikat pinggang dan
sembong serta diberi hiasan kain berwarna-warni sebagai pemanisnya.
Selendang selalu dikenakan di bahu. Sedangkan bagian bawah penari
Gandrung mengenakan kain batik dengan corak yang bermacam-macam.
Dibagian kepala dipasangi hiasan serupa mahkota yang disebut omprok
yang terbuat dari kulit kerbau yang disamak dan diberi ornamen berwarna
emas dan merah serta diberi ornamen tokoh Antasena, putra Bima yang
berkepala manusia raksasa namun berbadan ular serta menutupi seluruh
rambut penari gandrung.
2. Tari Reog Ponorogo
Reog Ponorogo
merupakan kesenian dan tradisi dari Jawa Timur yang merupakan seni
tari yang dibawakan oleh beberapa orang pemain dengan penari inti
menggunakan topeng kepala singa yang diatasnya terdapat makota
bulu-bulu merak dengan berat topeng bisa mencapai 50 kg. Yang unik dari
Topeng singa Reog Ponorogo ini adalah bawa penari yang membawa topeng
seberat 50 kg tersebut mengandalkan kekuatan gigi.
Seni Reog Ponorogo terdiri dari 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan. Untuk sinopsis lengkap tari daerah dari Jawa Timur ini, silahkan kunjungi halaman 6 Kesenian dan Tradisi dari Jawa Timur.
Seni Reog Ponorogo terdiri dari 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan. Untuk sinopsis lengkap tari daerah dari Jawa Timur ini, silahkan kunjungi halaman 6 Kesenian dan Tradisi dari Jawa Timur.
3. Tari Remo
Tari
Remo merupakan tari tradisional yang berasal dari desa Ceweng,
kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tari Remo merupakan
tarian untuk menyambut tamu kenegaraan, pembukaan acara kesenian dan
sebagainya. Pada awalnya tari remo ini merupakan tari pembuka pada
kesenian Ludruk. Tarian ini bisa dilakukan oleh seorang penari maupun
oleh beberapa orang penari.
Menurut sejarahnya, tari remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh penari laki – laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini. Pertunjukan tari remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini. Namun, seiring perubahan fungsi dari tari remo ini yang bisa dibawakan dalam rangka penyambutan tamu, tarian ini menjadi lebih sering ditarikan oleh perempuan, sehingga memunculkan gaya tarian yang lain: Remo Putri atau Tari Remo gaya perempuan.
Karakteristika
yang paling utama dari Tari Remo adalah gerakan kaki yang rancak dan
dinamis. Gerakan ini didukung dengan adanya lonceng-lonceng yang
dipasang di pergelangan kaki. Lonceng ini berbunyi saat penari
melangkah atau menghentak di panggung. Selain itu, karakteristika yang
lain yakni gerakan selendang atau sampur, gerakan anggukan dan gelengan
kepala, ekspresi wajah, dan kuda-kuda penari membuat tarian ini semakin
atraktif.
Busana
dari penari Remo ada berbagai macam gaya, di antaranya: Gaya
Sawunggaling, Surabayan, Malangan, dan Jombangan. Selain itu terdapat
pula busana yang khas dipakai bagi Tari Remo gaya perempuan.
4. Tari Jaranan Buto
Tari Jaranan Buto adalah tari tradisional yang
berkembang didaerah Banyuwangi dan Blitar, Tari jaranan buto ini
dipertunjukkan pada Upacara iring-iringan pengantin dan khitanan. Tari ini menggunakan properti kuda buatan seperti halnya yang biasa kita dapati pada Kesenian Kuda Lumping, Jaran Kepang atau Tari Jathilan,
namun yang menjadikan Kesenian Jaran Buto berbeda adalah properti kuda
yang digunakan tidaklah menyerupai bentuk kuda secara nyata, melainkan
kuda tersebut berwajah raksasa atau Buto begitu pula dengan para
pemainnya yang juga menggunakan tata rias muka layaknya seorang raksasa
yang lengkap dengan muka merah bermata besar, bertaring tajam, berambut
panjang dan gimbal.
Tari Jaran Buto
dibawakan oleh sedikitnya 16 - 20 orang pemain, dalam pementasannya
diiringi alunan musik seperti kendang, dua bonang, dua gong besar,
kempul terompet, kecer (seperti penutup cangkir) yang terbuat dari
bahan tembaga dan seperangkat gamelan. Tari Jaranan Buto ini selalu
menghadirkan atraksi yang mengagumkan, selain atraksi kesurupan para
penarinya seperti pada seni jaranan lainnya. Seni tari jaranan buto
dalam perkembangannya memiliki inovasi yang diantaranya adalah variasi
musik pengiringnya dan tata rias penarinya, kostum yang dikenakan oleh
penarinya mengalami inovasi begitu pesat setiap tahunnya. Kesenian ini
memiliki beberapa kisah (cerita) dan gerakan tari yang berbeda-beda,
sehingga hal ini menjadi sebuah pementasan yang unik. Keunikan seni ini
meliputi inti cerita, (sinopsis cerita) kostum penari, dan iringan
gamelan yang berbeda dengan kesenian jaranan secara umum.
5. Tari Reog Kendang
Tari Reog Kendang bisa disebut juga dengan Reog Tulungagung, karena tari tradisional ini berkembang di daerah Tulunggagung dan sekitarnya. Sesuai dengan namanya yang mengandung kata kendang, para pemain reog kendang membawa alat yang serupa dengan kendang atau Tam-Tam (kendang kecil yang digendong).
Beberapa daerah juga memiliki kesenian yang serupa dengan reog kendang ini, antara lain reog dogdog / benjang dari sunda, reog Cemandi dari Sidoarjo dan reog bulkio dari Blitar.
Pada awalnya Reog
Kendang menceritak kisah tentang perjalanan para mantan Gemblak
mencari jati diri. karena perkembangan zaman, banyak versi cerita yang
di gunakan dalam pementasan.
Berawal
pada banyaknya para Gemblak dari kadipaten Sumoroto yang mencari jati
diri ke kota tulungagung pada zaman kolonial belanda untuk berkerja
sebagai penambang batu marmer dan petani cengkih. Untuk menghilangkan
rasa penat setelah berkerja, di buatlah sebuah alat musik sejenis
ketipung yang hanya memiliki satu sisi untuk di pukul. karena memiliki
kesamaan dengan para gemblak lainnya, akhirnya dibuatlah sebuah
kesenian tersebut dengan tarian, Konon para Gemblak adalah para pemain
kuda lumping pada kesenian Reyog Ponorogo.
Pada
awalnya, Reog kendang bernama tabuhan kendang. karena pada
perkembangan zaman, Tabuhan kendang di kaloborasikan menjadi satu dengan
Reog Kadiri (saat ini bernama Jaranan) yang merupakan sebuah hiburan
rakyat pada waktu itu, Selain itu Para Gemblak adalah mantan pemain
Reyog Ponorogo, maka dinamakanlah Reog Kendang yang khas dan tercipta di
kota Tulungagung.
Tari Reog Kendang - Gambar : dianakusumaa.blogspot.com |
6. Tari Glipang
Tari Glipang - Gambar : http://igozigozza.blogspot.co.id |
7. Tari Gembu/Gambu
Seperti halnya tari Glipang, Tarian Gembu/Gambuh
menggambarkan prajurit yang berlatih perang dengan berbekal senjata
keris dan perisai kecil. Tarian ini digunakan untuk menyambut tamu agung
dan para raja di daerah Sumenep, Madura.
Dahulu tarian
Gembu/Gambu lebih dikenal dengan Tari keris, dalam catatan Serat
Pararaton tari Gambu disebut dengan Tari Silat Sudukan Dhuwung, yang
diciptakan oleh Arya Wiraraja dan diajarkan pada para pengikut Raden
Wijaya kala mengungsi di keraton Sumenep. Tarian tersebut pernah
ditampilkan di keraton Daha oleh para pengikut Raden Wijaya pada
perayaan Wuku Galungan yang dilaksanakan oleh Raja Jayakatong dalam
suatu acara pasasraman di Manguntur Keraton Daha yang selalu
dilaksanakan setiap akhir tahun pada Wuku Galungan. Para pengikut Raden
Wijaya antara lain Lembusora, Ranggalawe dan Nambi diadu dengan para
Senopati Daha yakni Kebo Mundarang, Mahesa Rubuh dan Pangelet, dan
kemenangan berada pada pengikut Raden Wijaya.
Tari
Keris ciptaan Arya Wiraraja ini lama sekali tidak diatraksikan. Pada
masa kerajaan Mataram Islam di Jawa yakni pada pemerintahan Raden Mas
Rangsang Panembahan Agung Prabu Pandita Cakrakusuma Senapati ing Alaga
Khalifatullah (Sultan Mataram 1613-1645), seorang Raja yang sangat
peduli dengan seni dan budaya. Maka kala itu Sumenep diperintah oleh
seorang Adipati kerabat Sultan Agung yang bernama Kanjeng Pangeran Ario
Anggadipa tarian tersebut dihidupkan kembali sekitar tahun 1630, diberi
nama “Kambuh” dalam bahasa Jawa berarti “terulang kembali” dan sampai
detik ini terus diberi nama Kambuh dan lama kelamaan berubah istilah
menjadi tari Gambu dalam logat Sumenep.
8. Tari Beskalan
Tari Beskalan adalah
salah satu tari tradisional yang berasal dari Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Tari Beskalan ini dibawakan untuk menyambut kedatangan tamu
kehormatan yang datang kesana. Selain untuk menyambut tamu, tari
Beskalan juga sering diadakan pada pembukaan kesenian ludruk, tetaptnya
sebagai tari pembuka kedua setelah tari remo. Tari Beskalan juga disebut
dengan tari topeng malangan.
Gerakan dalam Tari Beskalan ini hampir sama dengan gerakan pada Tari Remo, hanya saja gerakan dalam tarian ini lebih anggun, lincah dan dinamis. Sehingga menggambarkan sisi kecantikan dan kelincahan seorang wanita.
Gerakan dalam Tari Beskalan ini hampir sama dengan gerakan pada Tari Remo, hanya saja gerakan dalam tarian ini lebih anggun, lincah dan dinamis. Sehingga menggambarkan sisi kecantikan dan kelincahan seorang wanita.
Tari Beskalan ini biasanya dimainkan oleh empat orang penari wanita. Namun di acara tertentu dapat juga dimainkan oleh dua orang, bahkan ada juga yang lebih dari empat orang. Dalam pertunjukannya penari menggunakan busana dan tata rias khas Tari Beskalan. Pada bagian kepala penari menggunakan sanggul yang dihias dengan cundhuk mentul. Lalu pada bagian tubuh atas menggunakan kemben dan dipadukan dengan ilat – ilatan. Untuk bagian bawah menggunakan celana sepanjang lutut dan tambahan kain pada bagian depan dan belakan yang panjangnya sejajar dengan celana. Sedangkan pada bagian kaki menggunakan kaus kaki putih dan gongseng. Tidak lupa selendang yang di pasangkan di bahu yang digunakan untuk attribute menari.
9. Tari Sri Panganti
Tari
Sri Panganti adalah salah satu jenis kesenian tari tradisional yang
berasal dari daerah Lamongan, Jawa Timur. Kata "Sri" memiliki arti
perempuan dan kata "Panganti" memiliki arti menanti atau menunggu, yang
berarti seorang perempuan yang sedang menanti pemuda idaman.
Tari
Sri Panganti menceritakan tentang kegembiraan anak-anak yang menginjak
usia remaja yang jatuh cinta dan menanti seorang pemuda. Gerakan tarian
yang lemah gemulai menggambarkan para remaja yang berusaha memikat sang
pemuda idaman. Tarian ini biasa ditampilkan pada acara pagelaran seni,
kampoeng merdeka, wisuda, dan juga pernikahan. Kostum yang dikenakan
adalah kostum yang "soft" dan tidak mencolok. Sri Panganti dapat
ditampilkan oleh satu atau beberapa orang remaja saat sedang "dolanan" (
bermain).
10. Tari Tanduk Majeng
Tari Tanduk Majeng berasal dari Madura, Jawa Timur. Sesuai dengan namanya, tarian ini juga diiringi lagu daerah Jawa Timur yaitu Tanduk Majeng. Tarian ini menggambarkan tentang para wanita Madura yang semangat untuk menghibur suaminya.
Tari Tanduk Majeng dapat
ditarikan secara individu atau kelompok. Alat musik pengiring tari
Lenggang Surabaya adalah sinden, gamelan, dll dan biasanya ditarikan
diajang perlombaan kesenian Jawa Timur. Tari Tanduk Majeng merupakan
kesenian dari Madura yang cukup terkenal. Para penari Tanduk Majeng
dilengkapi dengan gelang kecil di kedua tangannya sedangkan kaki
dipasang gelang yang besar. Dan biasanya memakai baju warna merah dan
memakai jarik (selendang khas Madura yang dipakai di pinggang).
Demikian Sobat Tradisi, 10 Tari Tradisional Jawa Timur semoga menambah wawasan kita mengenai tarian daerah nusantara. Sampai jumpa pada artikel mengenai tari daerah lainnya.
0 Response to "10 Tari Tradisional Jawa Timur"