Dongkrek, Kesenian Tradisional Madiun
Dongkrek, Kesenian Tradisional Madiun | Kota Madiun
adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak
160 km sebelah barat Surabaya, atau 111 km sebelah timur Surakarta,
Jawa Tengah. Di kota ini terdapat pusat industri kereta api. Selain
dikenal sebagai kota yang penuh sejarah, kota Madiun memiliki berbagai
kesenian tradisional yang unik.
Salah satu yang unik dari kesenian tradisional Madiun adalah Dongkrek. Dongkrek adalah kesenian daerah asli dari Desa Mejayan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Indonesia.
Asal Usul Dongkrek
Kesenian Dongkrek ini berupa tarian dan iringan musik yang mengkisahkan upaya Raden Ngabei Lo Prawirodipuro dalam mengatasi pageblug mayangkoro, dimana saat itu masyarakat Mejayan terkena wabah penyakit dikisahkan pagi harinya sakit sore harinya meninggal, begitu pun saat sore sakit maka paginya meninggal. Kronologis upaya Raden Ngabei Lo Prawirodipuro dalam mengusir pageblug mayangkoro inilah yang menjadi inti cerita dari kesenian dongkrek ini.Dongkrek yang merupakan kesenian tradisional Madiun, lahir sekitar tahun 1867 di Kecamatan Caruban yang saat ini namanya berganti menjadi Kecamatan Mejayan, kabupaten Madiun. Kesenian itu lahir di masa kepemimpinan Raden Ngabehi Lo Prawirodipuro yang menjadi demang (jabatan setingkat kepala desa) yang membawahi lima desa.
Perkembangan Kesenian Tradisional Dongkrek
Kesenian Tradisional Dongkrek ini mengalami pasang surut dalam perkembangannya.Mengalami masa kejayaan antara 1867 - 1902, namun setelah itu, perkembangannya mengalami pasang surut seiring pergantian kondisi politik di Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, kesenian dongkrek sempat dilarang oleh pemerintahan Belanda untuk dipertontonkan dan dijadikan pertunjukan kesenian rakyat. Saat masa kejayaan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun, kesenian ini dikesankan sebagai kesenian genjer-genjer yang dikembangkan PKI untuk memperdaya masyarakat umum. Sehingga kesenian dongkrek mengalami masa pasang surut akibat imbas politik.
Pertunjukan Dongkrek Madiun
Dalam pertunjukannya, kesenian tradisional Madiun ini menampilkan komposisi para pemain fragmen satu babak yang menggambarkan pengusiran roh halus. Yaitu terdiri dari barisan buto kolo, orang tua sakti dan kedua perempuan tua separuh baya. Para perempuan yang disimbulkan posisi lemah sedang dikepung oleh para pasukan buto kala dan ingin mematikan perempuan tersebut, maka muncullah sesosok lelaki tua dengan tongkatnya mengusir para barisan roh halus tersebut untuk menjauh dari para perempuan tersebut.Selanjutnya, melalui peperangan yang cukup sengit, pertarungan antar rombongan buto kolo dengan orang tua sakti, dan dimenangkan oleh orang tua tersebut. Pada episode selanjutnya, orang tua tersebut dapat menyelamatkan kedua perempuan dari ancaman para buto kolo tersebut dan rombongan buto kolo itu mengikuti dan patuh terhadap kehendak orang tua sakti tersebut, kemudian orang tua yang didampingi dua perempuan itu menggiring pasukan buto kolo keluar dari desa mejayan sehingga sirnalah pagebluk yang menyerang rakyat desa mejayan selama ini dan tradisi ini menjadi ciri kebudayaan masyarakat caruban, dengan sebutan Dongkrek.
Iringan Musik Dongkrek
Dongkrek ditampilkan dengan iringan musik tradisional yang khas dari Madiun, berupa bunyi yang berupa bunyian ‘dung’ berasal dari beduk atau kendang dan ‘krek’ ini dan alat musik yang disebut korek. Alat korek ini berupa kayu berbentuk bujur sangkar, di satu ujungnya ada tangkai kayu bergerigi yang saat digesek berbunyi krek.Dari bunyi dung pada kendang dan krek pada korek itulah muncul nama kesenian Dongkrek.Dalam perkembangannya digunakan pula komponen alat musik lainnya berupa gong, kenung, kentongan, kendang dan gong berry sebagai perpaduan antar budaya yang dialiri kebudayaan Islam, kebudayaan cina dan kebudayaan masyarakat jawa pada umumnya.
Dalam tiap pementasan dongkrek, ada tiga topeng yang digunakan para penari. Ada topeng raksasa atau ‘buto’ dalam bahasa Jawa dengan muka yang seram. Ada topeng perempuan yang sedang mengunyah kapur sirih serta topeng orang tua lambang kebajikan. Dan kalau ditarik kesimpulan, maksud jahat akhirnya akan lebur juga dengan kebakan dan kebenaran sesuai dengan sesanti atau moto surodiro joyoningrat, ngasto tekad darmastuti. Dalam islam istilahnya, Ja’al haq wa zahaqal bathil. Innal Bathila kaana zahuqa.
Demikian Sobat Tradisi, sekilas mengenai Dongkrek, Kesenian Tradisional Madiun. Semoga bermanfaat.
Referensi :
0 Response to "Dongkrek, Kesenian Tradisional Madiun"