Hikayat Bunga Kemuning Nusantara
Hikayat Bunga Kemuning Nusantara | Adatnusantara - Bunga Kemuning
adalah jenis tanaman berbunga yang biasanya tumbuh di semak-semak, tepi
hutan, atau ditanam sebagai tanaman hias dan pagar. Umumnya ditanam
untuk pagar halaman, spesies kecil-berdaun padat, pohonnya kecil, banyak
bercabang, tinggi 3-8 m, batang keras, beralur, tidak berduri, daun
majemuk.
Bunga Kemuning ini memiliki bermacam-macam nama di Nusantara, diantaranya Kamuning (Sunda), kuning, kumuning (Java) .; Kajeni, kuning, kemoning (Bali), kamoneng (Madura); Kamuning (Manado, Makassar), kamoni (Bare), Palopo (Bugis) .; Kamuni (Milky). eseki, tanasa, kamone, kamoni (Maluku) .; Jiu li xiang, yueh chu (China), Orange melur (UK).
Kandungan yang ada pada bunga, pohon dan akar kemuning memiliki berbagai khasiat bagi kesehaan. Oleh karena itulah maka masyarakat Nusantara banyak yang memanfaatkan pohon bunga kemuning ini.
Tidak diketahui darimana asalnya, di Indonesia muncul hikayat yang menceritakan asal usul bunga kemuning. Hikayat Bunga Kemuning
ini menyebar dari dari satu generasi ke generasi selanjutnya, yang
mengisahkan kebaikan seorang putri raja bernama putri kemuning. Namun
malangnya sang putri harus meninggal ditangan saudara kandungnya
sendiri.
Berikut ini TradisiKita mencoba menyajikan kembali hikayat Nusantara yang menceritakan kisah Putri Kemuning yang disebutkan dalam dongeng tersebut sebagai asal dari Bunga Kemuning.
Puteri Hijau tidak terima penjelasan Puteri Kuning. Dia segera berlari pergi menemui saudari-saudarinya yang lain. “Kalung hijau yang dipakai Si Kuning sebenarnya milikku. Tetapi dia mengambilnya dari saku ayah!” katanya menghasut ke delapan saudarinya.
Demikian Sobat Tradisi, Hikayat Bunga Kemuning yang banyak diceritakan oleh generasi di Nusantara. Banyak hikmah dan nasihat yang diberikan dari hikayat ini, walaupun cerita tersebut hanya sebuah dongeng. Semoga bermanfaat.
Bunga Kemuning ini memiliki bermacam-macam nama di Nusantara, diantaranya Kamuning (Sunda), kuning, kumuning (Java) .; Kajeni, kuning, kemoning (Bali), kamoneng (Madura); Kamuning (Manado, Makassar), kamoni (Bare), Palopo (Bugis) .; Kamuni (Milky). eseki, tanasa, kamone, kamoni (Maluku) .; Jiu li xiang, yueh chu (China), Orange melur (UK).
Kandungan yang ada pada bunga, pohon dan akar kemuning memiliki berbagai khasiat bagi kesehaan. Oleh karena itulah maka masyarakat Nusantara banyak yang memanfaatkan pohon bunga kemuning ini.
Bunga Kemuning |
Berikut ini TradisiKita mencoba menyajikan kembali hikayat Nusantara yang menceritakan kisah Putri Kemuning yang disebutkan dalam dongeng tersebut sebagai asal dari Bunga Kemuning.
“HIKAYAT BUNGA KEMUNING NUSANTARA”
Alkisah,
pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang dikenal arif dan
bijaksana. Ia memiliki sepuluh orang puteri berparas cantik jelita
bernama Puteri Jambon, Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri
Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona, dan Puteri Kuning. Tetapi
karena terlalu sibuk mengatur kerajaan, sang raja tidak sempat mendidik
mereka dengan baik. Sementara sang isteri telah meninggal dunia ketika
melahirkan puterinya yang bungsu. Sang raja terpaksa menyerahkan
pengasuhan anak-anaknya pada inang pengasuh kerajaan.
Ternyata
sang inang pengasuh tidak kuasa mengasuh seluruh puteri raja. Hanya si
bungsulah, yaitu Puteri Kuning yang berhasil didik dengan baik hingga
menjadi anak yang selalu riang, ramah pada setiap orang dan memiliki
budi pekerti baik. Sementara kakak-kakaknya tumbuh menjadi anak manja
dan nakal. Mereka tidak mau belajar dan membantu Sang Raja. Setiap hari
kakak-kakak Puteri Kuning kerjanya hanya bermain di sekitar danau dan
atau bertengkar memperebutkan sesuatu.
Suatu
hari Sang Raja hendak berkunjung ke kerajaan lain dalam rangka
menjalin silaturrahim. Untuk itu ia mengumpulkan seluruh
puteri-puterinya.
Kepada mereka Sang Raja berkata, “Aku hendak pergi ke kerajaan lain selama beberapa minggu. Buah tangan apa yang kalian inginkan?”.
Kepada mereka Sang Raja berkata, “Aku hendak pergi ke kerajaan lain selama beberapa minggu. Buah tangan apa yang kalian inginkan?”.
Tanpa menimbang-nimbang lagi, si sulung (Puteri Jambon) berkata, “Aku ingin perhiasan yang mahal.”
Permintaan
yang hampir serupa mahal dan mewahnya juga diajukan oleh adik-adik
Puteri Jambon. Hanya Puteri Kuning sajalah yang mendekat dan memegang
lengan ayahnya sambil berkata, “Aku hanya ingin ayah kembali dengan
selamat.”
“Sungguh
baik perkataanmu, wahai puteriku. Mudah-mudahan saja aku dapat kembali
dengan selamat dan membawakan hadiah yang indah untukmu,” kata sang
raja.
Singkat
cerita, setelah Sang Raja pergi kelakuan anak-anaknya malah menjadi
semakin nakal dan malas. Bukannya bersedih, mereka malah merasa gembira
karena selain Sang Raja, di seluruh kerajaan tidak ada yang berani
melarang. Kesempatan ini mereka pergunakan untuk membentak dan menyuruh
para inang pelayan sekehendak hati. Para inang pun menjadi sibuk
sehingga tidak sempat membersihan taman istana kesayangan Sang Raja.
Melihat
hal itu Puteri Kuning segera mengambil sapu dan mulai membersihkan
taman kesayangan ayahandanya. Dedaunan kering dirontokkannya, rumput
liar dicabutnya, dan dahan-dahan berlebih dipangkasnya agar terlihat
lebih rapi. Sementara kakak-kakaknya yang melihat Puteri Kuning sibuk
di taman, malah mencemooh. “Lihat, tampaknya kita memiliki pelayan
baru,” kata salah seorang diantaranya.
“Hai
pelayan! Kami masih melihat banyak kotoran di sini!” ujar salah
seorang kakaknya sambil melemparkan sampah ke arah taman. Sejurus
kemudian, mereka pun langsung menyerbu dan mengacak-acak taman. Dan,
setelah puas mengacak-acak taman lalu pergi begitu saja menuju danau
untuk bermain sambil berenang. Begitu kelakuan kakak-kakak Puteri Kuning
setiap harinya hingga ayah mereka pulang.
Ketika
Sang Raja pulang, ia hanya mendapati Puteri Kuning sedang merangkai
bunga di teras istana, sementara kesembilan kakaknya sedang asyik
bermain di danau. Ia agak kecewa karena telah bersusah payah membawakan
buah tangan tetapi tidak disambut dengan hangat oleh anak-anaknya.
Hanya Puteri Kuninglah yang berlari sendirian untuk menyambutnya dengan
rasa suka cita.
Sambil
berjalan menuju teras, Sang Raja berkata, “Anakku yang rajin dan baik
budi. Ayah hanya dapat memberimu sebuah kalung batu hijau. Ayahanda
telah mencari di seluruh pelosok kerajaan seberang tetapi tidak
menemukan kalung batu kuning seperti warna kesayanganmu”.
“Sudah tidak mengapa, Ayahanda. Kalung batu hijau juga akan serasi dengan warna bajuku,” kata Puteri Kuning lemah lembut.
Keesokan
harinya, walau seluruhnya telah diberi cinderamata, tetapi masih saja
ada yang iri. Salah satunya Puteri Hijau yang melihat Puteri Kuning
memakai kalung batu hijau segera menghampiri.
“Wahai adikku, seharusnya kalung itu milikku karena berwarna hijau. Kenapa sampai ada di lehermu?” tanya Puteri Hijau dengan perasaan iri.
“Wahai adikku, seharusnya kalung itu milikku karena berwarna hijau. Kenapa sampai ada di lehermu?” tanya Puteri Hijau dengan perasaan iri.
“Ayah memberikannya padaku,” sahut Puteri Kuning singkat dan jelas.
Puteri Hijau tidak terima penjelasan Puteri Kuning. Dia segera berlari pergi menemui saudari-saudarinya yang lain. “Kalung hijau yang dipakai Si Kuning sebenarnya milikku. Tetapi dia mengambilnya dari saku ayah!” katanya menghasut ke delapan saudarinya.
Mendengar
hasutan Puteri Hijau saudari-saudarinya menjadi panas hati. Mereka
kemudian bersepakat untuk merampas kalung itu dari tangan Puteri
Kuning. Kesembilan adik-beradik tersebut lalu bersama-sama menemui
puteri hijau. Setelah bertemu, mereka langsung memaksa Puteri Hijau
untuk menyerahkan kalungnya. Tentu saja ia menolak dan akhirnya
terjadilah perkelahian sengit hingga kepalanya terkena pukulan dan
meninggal saat itu juga.
“Dia meninggal!” seru Puteri Jingga panik.
“Kita harus menutupi kejadian ini,” kata Puteri Merah Merona.
“Kalau
begitu kita harus cepat menguburkannya agar Ayahanda dan seisi istana
tidak mengetahui kejadian ini!” kata Puteri Jambon kepada
saudari-saudarinya.
Sepakat
dengan Sang Kakak (Puteri Jambon), mereka pun lantas beramai-ramai
mengusung jasad Puteri Kuning untuk dikuburkan di tengah taman istana.
Bersama jasad Sang Puteri Kuning, turut pula dikuburkan benda yang
menjadi bahan perebutan, yaitu kalung batu hijau. Benda ini dikuburkan
sendiri oleh Puteri Hijau yang memicu ada pertengkaran dan perkelahian
dengan Puteri Kuning.
Sore
harinya, entah mengapa Sang Raja merasa kangen dan ingin berbincang
dengan Puteri Kuning di taman istana tempatnya biasa bermain. Namun,
karena tidak menemukannya, dia lalu memanggil para puterinya yang lain
untuk menanyakan keberadaan adik bungsu mereka. Satu per satu
ditanyainya, tetapi tidak ada seorang pun yang mau berterus terang.
Mereka memilih tutup mulut dan pura-pura tidak mengetahui keberadaan
Puteri Kuning.
Khawatir
akan keberadaan dan keselamatan puteri bungsunya, raja lalu menitah
para pengawal kerajaan untuk mencarinya ke seluruh penjuru istana.
“Hai, para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri Kuning!” teriaknya
gusar.
Pencarian
Puteri Kuning selama berhari-hari hingga berminggu-minggu di seluruh
penjuru istana tentu saja sia-sia belaka karena telah dikubur sangat
rapi oleh saudari-saudarinya hingga tidak ada bisa menyangkanya. Hal
ini membuat Sang Raja menjadi sangat sedih dan menyesal karena tidak
mampu menjaga, merawat, dan mengarahkan puteri-puterinya. Mereka tumbuh
menjadi pribadi-pribadi yang egois, tidak peduli terhadap sesama serta
tidak patuh terhadap nasihat orang tua. Oleh karena itu Sang Raja
segera mengirimkan mereka ke negeri seberang untuk belajar budi
pekerti. Tujuannya, agar mereka menjadi manusia yang berbudi pekerti
luhur dan dapat saling menjaga antara satu dengan lainnya.
Beberapa
minggu setelah para puteri raja belajar budi pekerti di negeri
seberang, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. “Tanaman
apakah ini?” seru Sang Raja heran. “Batangnya bagaikan jubah Puteri
Kuning, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, sementara
bunganya putih kekuningan dan berbau sangat wangi! Tanaman ini
mengingatkanku pada Puteri Kuning,” tambahnya.
Sejak
saat itulah bunga tersebut diberi nama bunga kemuning karena
mengingatkan raja pada Puteri Kuning. Dan, sama seperti Puteri Kuning,
bunga kemuning memiliki banyak kebaikan. Bunganya dapat digunakan untuk
mengharumkan rambut, batangnya dapat dipakai untuk membuat kotak-kotak
indah, dan kulit kayunya dapat ditumbuk untuk dijadikan bedak penghalus
wajahDemikian Sobat Tradisi, Hikayat Bunga Kemuning yang banyak diceritakan oleh generasi di Nusantara. Banyak hikmah dan nasihat yang diberikan dari hikayat ini, walaupun cerita tersebut hanya sebuah dongeng. Semoga bermanfaat.
0 Response to "Hikayat Bunga Kemuning Nusantara"