Peninggalan Sejarah di Sumatera Barat ( Artikel Lengkap )
Sumatera Barat adalah
salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Sumatera dengan
Padang sebagai ibu kotanya. Sesuai dengan namanya, wilayah provinsi ini
menempati sepanjang pesisir barat Sumatera bagian tengah dan sejumlah
pulau di lepas pantainya seperti Kepulauan Mentawai. Dari utara ke
selatan, provinsi dengan wilayah seluas 42.297,30 km² ini berbatasan
dengan empat provinsi, yakni Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Bengkulu.
Sumatera Barat adalah rumah bagi etnis Minangkabau, walaupun
wilayah adat Minangkabau sendiri lebih luas dari wilayah administratif
Provinsi Sumatera Barat saat ini. Provinsi ini berpenduduk sebanyak
4.846.909 jiwa dengan mayoritas beragama Islam. Provinsi ini terdiri
dari 12 kabupaten dan 7 kota dengan pembagian wilayah administratif
sesudah kecamatan di seluruh kabupaten (kecuali kabupaten Kepulauan
Mentawai) dinamakan sebagai nagari.Menhir batu besar atau megalit
terletak di Kab.50 kota. Berikut ini Daftar beberapa situs peninggalan
sejarah yang ada di Propinsi Sumatera Barat (Sumbar):
- Balai saruang terletak di negri pariangan padang panjang
- Batu batikam Kab Tanah datar
- Benteng ford de Cook
- Lubang jepang di Bukittinggi
- Istana Pagaruyung terletak di kab Tanah Datar
- Makam Syeh Burhanuddin kab Padang Pariaman
- Menhir batu besar atau megalit terletak di Kab.50 kota
- Prasasti batu basurek di Tanah Datar
- Tugu PDRI di Kab 50 Kota
1. Balai saruang
Balai Saruang |
Balai Saruang adalah sebuah tempat bersidang yang didirikan di
Pariangan. Di Balai Saruang inilah segala sesuatu dimusyawarahkan.
Kemudian didirikan juga Balai Nan Panjang, Balai Pasujian, dan Balai Kaciak.
Balai Saruang hanya terdiri dari satu ruang, sedangkan Balai Nan
Panjang terdiri dari 17 ruang. Di sinilah tempat Sri Maharaja Diraja dan
orang orang besarnya memerintah waktu itu.
Balai nanpanjang |
Bangunan ini merupakan peninggalan Kerajaan Pasumayan Koto
Batu. Kerajaan Pasumayan Koto Batu adalah kerajaan tradisional yang
pertama berdiri di wilayah Minangkabau. Kerajaan ini mempunyai pusat
pemerintahan di wilayah sekitar lereng Gunung Marapi yang kemudian
dikenal dengan nama Pariangan dan Padang Panjang. Sedangkan wilayah
kekuasaan kerajaan Pasumayan Koto Batu hanya disebutkan dalam Tambo
secara kiasan tanpa dapat dijelaskan di mana sebenarnya nama-nama yang
disebutkan.
2. Batu batikam
Batu Batikam adalah salah satu benda cagar budaya bersejarah di Jorong
Dusun Tuo, Nagari Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera
Barat. Jika diartikan kedalam Bahasa Indonesia, Batu Batikam berarti
batu yang tertusuk. Menurut sejarah, lubang atau tusukan yang ada di
tengah batu itu merupakan bekas dari tusukan keris Datuak Parpatiah Nan
Sabatang. Luas situs cagar budaya Batu Batikam adalah 1.800 meter
persegi, dulu berfungsi sebagai medan nan bapaneh atau tempat
bermusyawarah kepala suku. Susunan batu disekeliling batu batikam
seperti sandaran tempat duduk, berbentuk persegi panjang melingkar. Pada
bagian tengah terdapat batu batikam dari bahan batuan Andesit. Batu ini
berukuran 55 x 20 x 40 sentimeter, dengan bentuk hampir segi tiga.
Prasasti Batu Batikam menjadi salah satu bukti keberadaan Kerajaan
Minangkabau di zaman Neolitikum. Batu batikam merupakan batu tertusuk
yang melambangkan pentingnya perdamaian dan musyawarah-mufakat dalam
kehidupan masyarakat Minangkabau.
Batu batikam |
3. Benteng fort de Cook
Benteng fort de Cook |
Fort de Kock adalah benteng peninggalan Belanda yang berdiri di Kota Bukittinggi , Sumatera Barat, Indonesia.
Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825 pada masa
Baron Hendrik Merkus de Kock sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan
Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda, karena itulah benteng ini
terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas
Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan
dari gempuran rakyat Minangkabau terutama sejak meletusnya Perang Paderi
pada tahun 1821-1837. Di sekitar benteng masih terdapat meriam-meriam
kuno periode abad ke 19. Pada tahun-tahun selanjutnya, di sekitar
benteng ini tumbuh sebuah kota yang juga bernama Fort de Kock, kini
Bukittinggi.
4. Lubang Jepang
Bagian dalam lubang Jepang |
Lubang Jepang Bukittinggi (juga dieja Lobang Jepang) adalah salah satu
objek wisata sejarah yang ada di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat,
Indonesia. Lubang Jepang merupakan sebuah terowongan (bunker)
perlindungan yang dibangun tentara pendudukan Jepang sekitar tahun 1942
untuk kepentingan pertahanan.
Sebelumnya, Lubang Jepang dibangun sebagai tempat
penyimpanan perbekalan dan peralatan perang tentara Jepang, dengan
panjang terowongan yang mencapai 1400 m dan berkelok-kelok serta
memiliki lebar sekitar 2 meter. Sejumlah ruangan khusus terdapat di
terowongan ini, di antaranya adalah ruang pengintaian, ruang
penyergapan, penjara, dan gudang senjata.
Baca Juga:
Peninggalan Sejarah di Provinsi Bengkulu ( Artikel Lengkap )
Selain
lokasinya yang strategis di kota yang dahulunya merupakan pusat
pemerintahan Sumatera Tengah, tanah yang menjadi dinding terowongan ini
merupakan jenis tanah yang jika bercampur air akan semakin kokoh. Bahkan
gempa yang mengguncang Sumatera Barat tahun 2009 lalu tidak banyak
merusak struktur terowongan.
Diperkirakan puluhan sampai ratusan ribu tenaga kerja paksa atau
romusha dikerahkan dari pulau Jawa, Sulawesi dan Kalimantan untuk
menggali terowongan ini. Pemilihan tenaga kerja dari luar daerah ini
merupakan strategi kolonial Jepang untuk menjaga kerahasiaan megaproyek
ini. Tenaga kerja dari Bukittinggi sendiri dikerahkan di antaranya untuk
mengerjakan terowongan pertahanan di Bandung dan Pulau Biak.
Lubang Jepang mulai dikelola menjadi objek wisata sejarah pada tahun
1984, oleh pemerintah kota Bukittinggi. Beberapa pintu masuk ke Lubang
Jepang ini diantaranya terletak pada kawasan Ngarai Sianok, Taman
Panorama, di samping Istana Bung Hatta dan di Kebun Binatang
Bukittinggi.
5. Istana Pagaruyung
Istana Pagaruyung |
Istano Basa yang lebih terkenal dengan nama Istana Pagaruyung, adalah
sebuah istana yang terletak di kecamatan Tanjung Emas, kota Batusangkar,
kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Istana ini merupakan objek
wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat.
Istano Basa yang berdiri sekarang sebenarnya adalah replika dari yang
asli. Istano Basa asli terletak di atas bukit Batu Patah dan terbakar
habis pada sebuah kerusuhan berdarah pada tahun 1804. Istana tersebut
kemudian didirikan kembali namun kembali terbakar tahun 1966.
Proses pembangunan kembali Istano Basa dilakukan dengan peletakan
tunggak tuo (tiang utama) pada 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatera
Barat waktu itu, Harun Zain. Bangunan baru ini tidak didirikan di tapak
istana lama, tetapi di lokasi baru di sebelah selatannya. Pada akhir
1970-an, istana ini telah bisa dikunjungi oleh umum.
Kebakaran 2007 - Pada tanggal
27 Februari 2007, Istano Basa mengalami kebakaran hebat akibat petir
yang menyambar di puncak istana. Akibatnya, bangunan tiga tingkat ini
hangus terbakar. Ikut terbakar juga sebagian dokumen, serta kain-kain
hiasan. Diperkirakan hanya sekitar 15 persen barang-barang berharga yang
selamat. Barang-barang yang lolos dari kebakaran tersebut sekarang
disimpan di Balai Benda Purbakala Kabupaten Tanah Datar. Harta pusaka
Kerajaan Pagaruyung sendiri disimpan di Istano Silinduang Bulan, 2
kilometer dari Istano Basa.
Sementara itu, biaya pendirian kembali istana ini diperkirakan lebih dari Rp 20 miliar.
6. Makam Syeh Burhanuddin
Makam Syeh Burhanuddin |
Makam Syeh Burhanudin dibangun didekat Surau Gadang Syeh Burhanudin di
Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman. Atas jasa dan perjuangan menyebarkan
Islam di Sumatera Barat, hingga saat ini makam Syeikh Burhanuddin
mendapat perhatian besar dari para peziarah, terutama oleh para jama'ah
Tarekat Shatariyah. Menurut tradisi setempat, ziarah tersebut disebut
"Basapa" atau "bersafar" yang dilakukan pada tanggal 10 Safar.
Burhanuddin Ulakan Pariaman atau dikenal dengan sebutan Syeikh
Burhanuddin Ulakan (lahir tahun 1646 di Sintuk, Sintuk Toboh Gadang,
Kabupaten Padang Pariaman - meninggal 20 Juni 1704 pada umur 58 tahun)
adalah ulama yang berpengaruh di daerah Minangkabau sekaligus ulama yang
menyebarkan Islam di Kerajaan Pagaruyung. Selain itu ia terkenal
sebagai pahlawan pergerakan Islam melawan penjajahan VOC. Ia juga
dikenal sebagai ulama sufi pengamal (Mursyid) Tarekat Shatariyah di
daerah Minangkabau, Sumatera Barat.
Syeikh Burhanuddin memimpin pesantren tidak begitu lama, setelah
sepuluh tahun memimpin ia meninggal. Kemudian, pesantren tersebut
dilanjutkan di bawah kepemimpinan puteranya, Syeikh Abdullah Faqih.
7. Menhir batu besar atau megalit
Menhir di Kab. 50kota |
Di pelosok desa Mahat, kecamatan Suliki Gunung Mas, kabupaten
Limapuluhkota banyak ditemukan peninggalan kebudayaan megalitikum. Di
desa ini dapat disaksikan pemandangan kumpulan batu-batu menhir dengan
latar belakang perkebunan tanaman gambir yang menyerupai panorama
perkebunan teh di daerah Puncak, Jawa Barat. Karena pemandangan inilah,
pada tahun 1981 desa Mahat dimasukkan dalam salah satu objek wisata dari
73 objek wisata di kabupaten ini.
Batu besar peninggalan zama Megalitikum ini dijadikan Objek Cagar
Budaya dengan nama Kawasan megalit Belubus dan Kawasan Megalit maek.
Baca Juga:
Alat Musik Tradisional Bali ( Artikel Lengkap )
8. Prasasti Batu Basurek
Batu Basurek |
Batu Basurek atau batu tulis merupakan prasasti peninggalan kerajaan
Pagaruyung semasa pemerintahan Raja Adityawarman. Batu Basurek ini
terdapat antara lain di daerah Kubu Rajo Nagari Lima Kecamatan Lima Kaum
serta di daerah Koto Tangah Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjuang Ameh.
Prasasti ini ditulis menggunakan huruf jawa kuno dalam bahasa
sanskerta. Isinya bercerita tentang Raja Adityawarman sebagai penguasa
negeri emas yang murah hati dan penuh belas kasih. Diperkirakan prasasti
ini ditulis pada tahun 1300-an masehi. Batu ini terletak di atas makam
Raja Adityawarman dengan tulisan kuno. Lebar batu basurek yaitu 25 cm
dengan tinggi 80 cm, ketebalan 10 cm dan berat 50 kg.
9. Tugu PDRI
Tugu PDRI |
Tugu PDRI, Monumen Nasional PDRI atau Monumen Nasional Bela Negara
adalah monumen peringatan yang didirikan untuk memperingati sejarah
perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), penyelenggara
pemerintahan Republik Indonesia ketika ibu kota Indonesia jatuh ke
tangan Belanda pada Agresi Militer Belanda Kedua. Monumen ini dibangun
di area seluas 40 hektare di salah satu kawasan yang pernah menjadi
basis PDRI, yaitu di Jorong Sungai Siriah, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan
Gunung Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
10. Prasasti Kuburajo
Prasasti Kuburajo |
Prasasti Kuburajo (juga disebut Prasasti Kuburajo I atau Prasasti
Koeboer Radja) ditemukan di daerah Kuburajo 0,463309°LS 100,578461°BT,
Limo Kaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat pada tahun 1877 dan
didaftarkan oleh N.J. Krom dalam "Inventaris der Oudheden in de
Padangsche Bovenlanden" (OV 1912:41). Prasasti ini ditulis dalam bahasa
Sanskerta, yang terdiri atas 16 baris tulisan. Prasasti ini merupakan
salah satu dari sekian banyak prasasti yang ditinggalkan oleh
Adityawarman.
Adityawarman merupakan pelanjut dari Dinasti Mauli penguasa
pada Kerajaan Melayu yang sebelumnya beribu kota di Dharmasraya, dan
dari manuskrip pengukuhannya ia menjadi penguasa di Malayapura
Swarnnabhumi atau Kanakamedini pada tahun 1347 dengan gelar
Maharajadiraja Srīmat Srī Udayādityawarma Pratāpaparākrama Rājendra
Maulimāli Warmadewa, dan di kemudian hari ibu kota dari kerajaan ini
pindah ke daerah pedalaman Minangkabau.
Prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman:
- Batu Nisan Raja Adityawarman di Limokaum Batusangkar, bertuliskan tahun 1356.
- Patung Adityawarman ditemukan oleh pemerntah Hindia Belanda di Padangrocok dekat sungai Lansek, yang saat ini disimpan di Museum Nasional Jakarta.
- Prasasti Adityawarman dari Suroaso ( Batusangkar ).
Search Populer:
- bukti peninggalan islam di sumatera barat
- peninggalan jepang di sumatera barat
- bukti peninggalan kerajaan minangkabau
- letak peninggalan sejarah di sumatera barat
- peninggalan kerajaan islam sumatera barat
- benda pusaka minang kabau
- bukti peninggalan kerajaan islam di sumatera barat
- keris pusaka minangkabau
0 Response to "Peninggalan Sejarah di Sumatera Barat ( Artikel Lengkap )"