Sejarah dan Kebudayaan Suku Toraja
Nama Toraja mulanya diberikan oleh suku
Bugis Sidendereng dan dari luwu. Orang Sidendreng menamakan penduduk
daerah ini dengan sebuatn To Riaja yang mengandung arti “Orang yang
berdiam di negeri atas atau pegunungan”, sedang orang Luwu menyebutnya
To Riajang yang artinya adalah “orang yang berdiam di sebelah barat”.
Ada juga versi lain bahwa kata Toraya asal To = Tau (orang), Raya = dari
kata Maraya (besar), artinya orang orang besar, bangsawan.
Lama-kelamaan penyebutan tersebut menjadi Toraja, dan kata Tana berarti
negeri, sehingga tempat pemukiman suku Toraja dikenal kemudian dengan
Tana Toraja.
Adat Istiadat Suku Toraja
Rambu Solo adalah upacara adat kematian masyarakat Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan. Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruhprosesi upacara ini digenapi. Jika belum, maka orang yang meninggal tersebut hanya dianggap sebagai orang sakit atau lemah, sehingga ia tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara. Puncak dari upacara Rambu solo ini dilaksanakan disebuah lapangan khusus. Dalam upacara ini terdapat beberapa rangkaian ritual, seperti proses pembungkusan jenazah, pembubuhan ornament dari benang emas dan perak pada peti jenazah, penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan, dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
Selain itu, dalam upacara adat ini terdapat berbagai atraksi
budaya yang dipertontonkan, diantaranya adu kerbau,kerbau-kerbau yang
akan dikorbankan di adu terlebih dahulu sebelum disembelih, dan adu
kaki. Ada juga pementasan beberapa musik dan beberapa tarian Toraja.
Kerbau yang disembelih dengan cara menebas leher kerbau hanya dengan
sekali tebasan, ini merupakan ciri khas masyarakat Tana Toraja. Kerbau
yang akan disembelih bukan hanya sekedar kerbau biasa, tetapi kerbau
bule Tedong Bonga yang harganya berkisar antara 10 hingga 50 juta atau
lebih per ekornya.
Rumah Adat Suku Toraja
Tongkonan adalah rumah tradisional masyarakat Toraja, terdiri dari tumpukan kayu yang dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata “tongkon” berasal dari bahasa Toraja yang berarti tongkon “duduk”. Selain rumah, Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan rumah adat ini sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja. Oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena melambangkan hubungan mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja, Tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.
Kesenian Suku Toraja
Tanah toraja adalah salah satu daerah yang terkenal akan ukirannya. Ukiran ini menjadi kesenian khas suku bangsa Toraja di Sulawesi Selatan. Ukiran dibuat menggunakan alat ukir khusus di atas sebuah papan kayu, tiang rumah adat, jendela, atau pintu. Bukan asal ukiran, setiap motif ukiran dari Tana Toraja memiliki nama dan makna khusus. Keteraturan dan ketertiban merupakan ciri umum dalam ukiran kayu Toraja. Selain itu, ukiran Tana Toraja memiliki sifat abstrak dan geometris. Tumbuhan dan hewan sering dijadikan dasar dari ornament Toraja.
Pakaian Adat Suku Toraja
Pakaian adat pria Toraja dikenal dengan Seppa Tallung Buku, berupa celana yang panjangnya sampai di lutut. Pakaian ini masih dilengkapi dengan asesoris lain, seperti kandaure, lipa', gayang dan sebagainya. Baju adat Toraja disebut Baju Pokko' untuk wanita. Baju Pokko' berupa baju dengan lengan yang pendek. Warna kuning, merah, dan putih adalah warna yang paling sering mendominasi pakaian adat Toraja. Baju adat Kandore yaitu baju adat Toraja yang berhiaskan Manik-manik yang menjadi penghias dada, gelang, ikat kepala dan ikat pinggang.
Peninggalan Suku Toraja
Londa adalah sebuah kompleks kuburan kuno yang terletak di dalam gua. Di bagian luar gua terlihat boneka-boneka kayu khas Toraja. Boneka-boneka merupakan replika atau miniatur dari jasad yang meninggal dan dikuburkan di tempat tersebut. Miniatur tersebut hanya diperuntukkan bagi bangsawan yang memiliki strata sosial tinggi, warga biasa tidak mendapat kehormatan untuk dibuatkan patungnya.
Kuburan Gua londa Tana Toraja adalah kuburan pada sisi batu karang terjal , salah satu sisi dari kuburan itu berada di ketinggian dari bukit mempunyai gua yang dalam dimana peti-peti mayat di atur dan di kelompokkan berdasarkan garis keluarga. Disisi lain dari puluhan tau-tau berdiri secara hidmat di balkon wajah seperti hidup mata terbuka memandang dengan penuh wibawah.
Makanan Khas Suku Toraja
Pa’piong merupakan makanan khas suku toraja yang mempunyai nama cukup unik dan berbahan dasar daging babi atau biasanya juga bisa daging ayam. Kalau biasanya daging babi atau ayam diolah di bakar atau di goreng atau bisa juga di rebus, masyarakat Toraja mengolah daging-daging tersebut dengan memasukkannya ke dalam bambu lalu di bakar. Seperti pengolahan nasi bambu. Tapi setelah di masak dengan bambu makanan ini kemudian diolah lagi dengan memanggang daging yang sudah dimasak dengan bambu. Proses pembuatannya sebelum dimasukkan kedalam bambu daging terlebih dahulu diolah dengan cara dicampurkan dengan rempah rempah dan bumbu yang kemudian ditambahkan dengan cabai local.
Search Populer:
- Daftar Suku di indonesia
- suku di indonesi terlengkap
- suku di indonesia
- suku di indonesia beserta gambarnya
- pemakaman suku toraja
- senjata suku toraja
- suku toraja mayat berjalan
- sistem kekerabatan suku toraja
- pakaian adat suku toraja
- tarian suku toraja
- ciri fisik suku toraja
- rumah adat suku toraja
0 Response to "Sejarah dan Kebudayaan Suku Toraja"