Era Kebangkitan Nasional Boedi Oetomo | Sejarah Nasional Indonesia
Boedi Oetomo didirikan oleh
Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA pada tanggal 20 Mei 1908.
Organisasi ini bergerak dibidang sosial, ekonomi dan kebudayaan.
Penggagas organisasi ini adalah Dr. Wahidin Sudirohusodo. STOVIA (School
tot Opleiding van Indische Artsen) adalah sekolah kedokteran, maka dari
itu, anggota Boedi Oetomo rata-rata adalah mahasiswa kedokteran. Adapun
tujuan dari berdirinya Boedi Oetomo adalah memajukan pengajaran, memajukan pertanian, memajukan teknik dan industri dan menghidupkan kebudayaan.
Para anggota Boedi Oetomo berpendapat bahwa figur orang
tua yang pantas untuk memimpin organisasi ini. Sementara para pemuda
adalah motor bergeraknya organisasi. Kebanyakan para pemimpin berasal
dari golongan priyayi atau bangsawan dari kalangan kraton.
Pada
tanggal 3-5 Oktober 1908, Boedi Oetomo menyelenggarakan konggresnya
yang pertama di Yogyakarta. Konggres pertama ini mengangkat Raden
Adipati Tirtokoesoemo, bekas bupati Karanganyar sebagai ketua Boedi
Oetomo.
- Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Portugis
- Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Inggris
- Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Belanda
- Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Jepang
- Sejarah Perang Maluku (1817)
- Sejarah Perang Palembang (1821)
- Sejarah Perang Padri (1821 - 1837)
- Sejarah Perang Diponegoro (1825-1830)
- Sejarah Perang Bali (1846-1849)
- Sejarah Perang Banjar (1859 - 1905)
- Sejarah Perang Aceh (1873-1904)
- Era Kebangkitan Nasional Boedi Oetomo
Boedi
Oetomo mengalami beberapa kali pergantian pemimpin pada 10 tahun
pertama. Dan pada masa kepemimpinan Ario Noto Dirodjo dari Keraton
Pakualaman, Boedi Oetomo mengalami fase perkembangan yang sangat
penting.
Semakin lama, pergerakan Boedi Oetomo semakin
bergeser ke bidang politik. Pada tahun 1928, Boedi Oetomo masuk menjadi
anggota PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan
Indonesia), satu federasi partai politik Indonesia yang terbentuk atas
prakarsa PNI Soekarno. Pada tahun 1931, Boedi Oetomo bergabung dengan
PBI (Persatuan Bangsa Indonesia). Penggabungan ini yang kemudian menjadi
tonggak berdirinya organisasi baru PARINDRA (Partai Indonesia Raya).
Pemerintah kemudian menetapkan
tanggal berdirinya Boedi Oetomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional karena
organisasi ini telah menjadi pelopor organisasi kebangsaan.
Dr. Sutomo
Sejarah
Pembentukannya berawal dari perjalanan dokter Wahidin Sudirohusodo yang
mengadakan kampanye di kalangan priayi Jawa antara tahun 1906-1907.
Tujuannya adalah meningkatkan martabat rakyat dan bangsa. Peningkatan
ini akan dilaksanakan dengan membentuk Dana Pelajar (Studiefonds) yang
merupakan lembaga untuk membiayai pemuda pemuda yang cerdas tetapi tidak
mampu melanjutkan sekolahnya. Pada akhir tahun 1907, dr. Wahidin
bertemu dengan Sutomo. dari pertemuan tersebut, Sutomo kemudian
menceriterakan kepada teman-temannya di STOVIA maksud dan tujuan dr.
Wahidin kala itu.
Tujuan yang semula hanya mendirikan suatu dana pelajar, diperluas dengan
jangkauan yang kelak memungkinkan berdirinya organisasi Budi Utomo.
Istilah Budi Utomo terdiri atas, kata budi yang berarti perangai atau
tabiat dan utomo yang berarti baik atau luhur. Jadi istilah Budi Utomo
dapat diartikan sebagai perkumpulan yang akan mencapai sesuatu
berdasarkan keluhuran budi, kebaikan perangai atau tabiat.
Pada hari Minggu, tanggal 20 Mei 1908, pada pukul 9 pagi, bertempat di
STOVIA, Sutomo menjelaskan gagasannya. Dia menyatakan bahwa hari depan
bangsa dan Tanah Air ada di tangan mereka. Maka lahirlah Boedi Oetomo
(Budi Utomo). Namun, para pemuda juga menyadari bahwa tugas mereka
sebagai mahasiswa kedokteran masih banyak, di samping harus
berorganisasi. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa "kaum tua" yang
harus memimpin Budi Utomo, sedangkan para pemuda sendiri akan menjadi
motor yang akan menggerakkan organisasi itu.
Monumen Kebangkitan Nasional di Solo. |
Sepuluh tahun pertama Budi Utomo mengalami beberapa kali pergantian
pemimpin organisasi. Kebanyakan memang para pemimpin berasal kalangan
"priayi" atau para bangsawan dari kalangan keraton, seperti Raden
Adipati Tirtokoesoemo, mantan Bupati Karanganyar (presiden pertama Budi
Utomo), dan Pangeran Ario Noto Dirodjo dari Keraton Pakualaman.
Tujuan Budi Utomo adalah memperoleh kemajuan yang harmonis bagi
nusa dan bangsa Jawa dan Madura. Pada waktu itu ide persatuan seluruh
Indonesia belum dikenal. Karena itu yang dikehendaki Budi Utomo,
hanyalah perbaikan sosial yang meliputi Jawa dan Madura, juga kata
kemerdekaan sama sekali belum disebut. Untuk melaksanakan tujuan
tersebut ditempuh beberapa usaha:
- Memajukan pengajaran sesuai dengan apa yang dicita citakan dr. Wahidin. Ini merupakan usaha pertama untuk mencapai kemajuan bangsa;
- Memajukan pertanian, peternakan, perdagangan. Jadi sudah dimengerti bahwa kemajuan harus juga meliputi bidang perekenomian;
- Memajukan teknik dan industri, yang berarti bahwa ke arah itu sudah menjadi cita-cita;
- Menghidupkan kembali kebudayaan.
Perkembangan
Budi Utomo mengalami fase perkembangan penting saat kepemimpinan
Pangeran Noto Dirodjo. Saat itu, Douwes Dekker, seorang Indo-Belanda
yang sangat pro terhadap perjuangan bangsa Indonesia, dengan terus
terang mewujudkan kata "politik" ke dalam tindakan yang nyata. Berkat
pengaruhnya pengertian mengenai "tanah air Indonesia" makin lama makin
bisa diterima dan masuk ke dalam pemahaman orang Jawa. Maka muncullah
Indische Partij yang sudah lama dipersiapkan oleh Douwes Dekker melalui
aksi persnya. Perkumpulan ini bersifat politik dan terbuka bagi semua
orang Indonesia tanpa terkecuali. Baginya "tanah air api udara"
(Indonesia) adalah di atas segala-galanya.
Pada tanggal 3-5 Oktober 1908, Kongres yang pertama Budi Utomo di
selenggarakan di Yogyakarta. Saat diadakannya kongres yang pertama
ini, Budi Utomo telah memiliki tujuh cabang di beberapa kota,
yakni Batavia, Bogor, Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan
Ponorogo. Pada kongres di Yogyakarta ini, diangkatlah Raden Adipati
Tirtokoesoemo (mantan bupati Karanganyar) sebagai presiden Budi Utomo
yang pertama. Semenjak dipimpin oleh Raden Adipati Tirtokoesoemo, banyak
anggota baru Budi Utomo yang bergabung dari kalangan bangsawan dan
pejabat kolonial, sehingga banyak anggota muda yang memilih untuk
menyingkir dan anggota Budi Utomo saat itu banyak dari golongan priayi
dan pegawai negeri.
Dengan demikian, sifat protonasionalisme dari para pemimpin yang tampak
pada awal berdirinya Budi Utomo terdesak ke belakang. Strategi
perjuangan Budi Utomo pada dasarnya bersifat kooperatif.
Hasil Kongres I Budi Utomo di Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Hasil Kongres I Budi Utomo di Yogyakarta adalah sebagai berikut:
- Budi Utomo tidak berpolitik.
- Kegiatan Budi Utomo ditujukan pada bidang sosial, budaya, dan pendidikan.
- Ruang gerak Budi Utomo terbatas pada Jawa dan Madura.
- Tirto Kusumo, Bupati Karanganyar, dipilih sebagai ketua Budi Utomo pusat.
Mulai tahun 1912, saat Notodirjo menjadi ketua Budi Utomo menggantikan
R.T. Notokusumo, Budi Utomo ingin mengejar ketinggalannya. Akan tetapi,
hasilnya tidak begitu besar karena pada saat itu telah muncul
organisasi-organisasi nasional lainnya, seperti Sarekat Islam (SI) dan
Indiche Partij (IP). Namun demikian, Budi Utomo tetap mempunyai andil
dan jasa yang besar dalam sejarah pergerakan nasional, yakni telah
membuka jalan dan memelopori gerakan kebangsaan Indonesia.
Sarekat Islam, yang pada awalnya dimaksudkan sebagai suatu perhimpunan
bagi para pedagang besar maupun kecil di Solo dengan nama Sarekat Dagang
Islam, untuk saling memberi bantuan dan dukungan. Tidak berapa lama,
nama itu diubah oleh Tjokroaminoto, menjadi Sarekat Islam, yang
bertujuan untuk mempersatukan semua orang Indonesia yang hidupnya
tertindas oleh penjajahan. Sudah pasti keberadaan perkumpulan ini
ditakuti orang Belanda. Munculnya gerakan yang bersifat politik semacam
itu rupanya yang menyebabkan Budi Utomo agak terdesak ke belakang.
Kepemimpinan perjuangan nasionalisme ini kemudian diambil alih oleh
Sarekat Islam dan Indische Partij karena dalam arena politik Budi Utomo
memang belum berpengalaman. Karena gerakan politik
perkumpulan-perkumpulan tersebut, makna nasionalisme makin dimengerti
oleh kalangan luas.
Agak berbeda dengan Goenawan Mangoenkoesoemo yang lebih mengutamakan
kebudayaan dari pendidikan, Soewardi menyatakan bahwa Budi Utomo
merupakan manifestasi dari perjuangan nasionalisme. Menurut Soewardi,
orang-orang Indonesia mengajarkan kepada bangsanya bahwa "nasionalisme
Indonesia" tidaklah bersifat kultural, tetapi murni bersifat politik.
Dengan demikian, nasionalisme terdapat pada orang Sumatera maupun Jawa,
Sulawesi maupun Maluku.
Pendapat tersebut bertentangan dengan beberapa pendapat lainnya yang
mengatakan bahwa Pergerakan Budi Utomo hanya mengenal nasionalisme Jawa
sebagai alat untuk mempersatukan orang Jawa saja dengan menolak suku
bangsa lain.
0 Response to "Era Kebangkitan Nasional Boedi Oetomo | Sejarah Nasional Indonesia"