Sejarah Kerajaan Demak | Sejarah Kerajaan Indonesia
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di
Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1500
hingga tahun 1550. Raden Patah adalah putra dari Prabu Brawijaya
Sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa, Kerajaan Demak sangat
berperan besar dalam proses Islamisasi pada masa itu. Kerajaan Demak
berkembang sebagai pusat perdagangan dan sebagai pusat penyebaran agama
Islam. Wilayah kekuasaan Demak meliputi Jepara, Tuban, Sedayu
Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Di samping itu,
Kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti
Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik yang berkembang menjadi
pelabuhan transito (penghubung).
Dalam masa pemerintahan Raden Patah, Demak berhasil dalam berbagai
bidang, diantaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan,
pengembangan Islam dan pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan
kerja sama antara ulama dan umara (penguasa). Keberhasilan Raden Patah
dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia
menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahkta Majapahit (1478),
hingga dapat menggambil alih kekuasaan majapahit. Selain itu, Raden
Patah juga mengadakan perlawan terhadap Portugis, yang telah menduduki
Malaka dan ingin mengganggu Demak. Ia mengutus pasukan di bawah
pimpinan putranya, Pati Unus atau Adipati Yunus atau Pangeran Sabrang
Lor (1511), meski akhirnya gagal. Perjuangan Raden Patah kemudian
dilanjutkan oleh Pati Unus yang menggantikan ayahnya pada tahun 1518.
Dalam bidang dakwah Islam dan pengembangannya, Raden Patah mencoba
menerapkan hukum Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia
juga membangun istana dan mendirikan masjid (1479) yang sampai sekarang
terkenal dengan masjid Agung Demak. Pendirian masjid itu dibantu
sepenuhnya oleh walisanga.
Daftar Prasejarah dan Kerajaan Indonesia:
- 1. Ciri Zaman Megalitikum - Sejarah dan Budaya Nusantar
- 2. Alat Zaman Neolitikum - Sejarah dan Budaya Nusantara
- 3. Alat Yang di Gunakan Zaman Paleolitikum - Sejarah dan Budaya Nusantara
- 4. Ciri Zaman Paleolitikum - Sejarah dan Budaya Nusantara
- 5 . Sejarah Kerajaan Kutai
- 6. Sejarah Kerajaan Tarumanagara
- 7. Sejarah Kerajaan Kalingga
- 8. Sejarah Kerajaan Sriwijaya
- 9. Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
- 10.Sejarah Kerajaan Kahuripan
- 11.Sejarah Kerajaan Kediri
- 12.Sejarah Kerajaan Singasari
- 13.Sejarah Kerajaan Majapahit
- 14.Sejarah Kerajaan Pajajaran
- 15.Sejarah Kerajaan Samudra Pasai
- 16.Sejarah Kerajaan Demak
Lukisan Masjid Agung Demak th 1801
Pada tahun 1518 Raden Patah wafat kemudian
digantikan putranya yaitu Pati Unus. Pati Unus terkenal sebagai
panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan
terhadap Portugis di Malaka. Karena keberaniannya itulah ia
mendapatkan julukan Pangeran Sabrang Lor. Armada perang Islam siap
berangkat dari pelabuhan Demak dengan mendapat pemberkatan dari Para
Wali yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Dipimpin langsung oleh Pati
Unus bergelar Senapati Sarjawala yang telah menjadi Sultan Demak II.
Dari sini sejarah keluarga beliau akan berubah, sejarah kesultanan
Demak akan berubah dan sejarah tanah Jawa akan berubah. Kapal yang
ditumpangi Pati Unus terkena peluru meriam ketika akan menurunkan
perahu untuk merapat ke pantai. Ia gugur sebagai Syahid karena
kewajiban membela sesama Muslim yang tertindas penjajah (Portugis)
yang bernafsu memonopoli perdagangan rempah-rempah. Pimpinan Armada
Gabungan Kesultanan Banten, Demak dan Cirebon segera diambil alih oleh
Fadhlullah Khan yang oleh Portugis disebut Faletehan, dan belakangan
disebut Fatahillah setelah mengusir Portugis dari Sunda Kelapa 1527.
Pengambil alihan ini adalah atas inisiatif Sunan Gunung Jati yang
sekaligus menjadi mertua karena putri beliau yang menjadi janda
Sabrang Lor dinikahkan dengan Fadhlullah Khan.
Sepeninggal Pati Unus, kerajaan Demak kemudian diperintah oleh Sultan Trenggono. Beliau
memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Sultan Trenggono adalah
putra Raden Patah, adik dari Pati Unus. Pada tahun 1546 Sultan
Trenggono menyerang Panarukan, Situbondo yang saat itu dikuasai
Blambangan. Sunan Gunung Jati membantu dengan mengirimkan gabungan
prajurit Cirebon, Banten, dan Jayakarta sebanyak 7.000 orang yang
dipimpin Fatahillah. Pasukan Demak sudah mengepung Panarukan selama
tiga bulan, tapi belum juga dapat merebut kota itu. Suatu ketika
Sultan Trenggono bermusyawarah bersama para adipati untuk melancarkan
serangan selanjutnya. Putra bupati Surabaya yang berusia 10 tahun
menjadi pelayannya. Anak kecil itu tertarik pada jalannya rapat
sehingga tidak mendengar perintah Trenggono. Trenggono marah dan
memukulnya. Anak itu secara spontan membalas menusuk dada Trenggono
memakai pisau. Sultan Demak itu pun tewas seketika dan segera dibawa
pulang meninggalkan Panarukan. Sultan Trenggana berjasa atas
penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah Sultan
Trenggana, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti
merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis
yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529),
Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan
Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Panglima perang
Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera),
yang juga menjadi menantu Sultan Trenggana. Sultan Trenggana meninggal
pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan
kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto
Sepeninggal Sultan Trenggono, kerajaan Demak dipimpin oleh Sunan Prawata (Raden Mukmin)
yang memerintah tahun 1546-1549. Ia lebih cenderung sebagai seorang
ahli agama daripada ahli politik. Pada masa kekuasaannya, daerah bawahan
Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas tanpa mampu dihalanginya. Ia berambisi untuk melanjutkan usaha ayahnya menaklukkan Pulau Jawa.
Namun, keterampilan berpolitiknya tidak begitu baik, dan ia lebih
suka hidup sebagai ulama daripada sebagai raja. Raden Mukmin
memindahkan pusat pemerintahan dari kota Bintoro menuju bukit Prawoto.
Oleh karena itu, Raden Mukmin pun terkenal dengan sebutan Sunan
Prawoto. Cita-cita Sunan Prawoto pada kenyataannya tidak pernah
terlaksana. Ia lebih sibuk sebagai ahli agama dari pada mempertahankan
kekuasaannya.
Suksesi ke tangan Sunan Prawoto tidak berlangsung mulus. Penunjukannya sebagai sunan ditentang oleh adik Trenggana, yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen.
Dalam penumpasan pemberontakan, Pangeran Sekar Seda Lepen akhirnya
terbunuh. Akan tetapi, pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya
dihabisi oleh suruhan Arya Penangsang, putera Pangeran
Sekar Seda Lepen. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta
Demak. Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri, adipati Jepara, dan hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak memusuhi Arya Penangsang, salah satunya adalah Adipati Pengging.
Arya Penangsang akhirnya berhasil dibunuh dalam peperangan oleh Sutawijaya, anak angkat Joko Tingkir. Joko Tingkir memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, dan di sana ia mendirikan Kerajaan Pajang.
0 Response to "Sejarah Kerajaan Demak | Sejarah Kerajaan Indonesia"