Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Jepang | Sejarah Nasional Indonesia
Pada tanggal 8 Desember 1941 pecah perang di Lautan
Pasifik yang melibatkan Jepang. Melihat keadaan yang semakin gawat di
Asia, maka penjajah Belanda harus dapat menentukan sikap dalam
menghadapi bahaya kuning dari Jepang. Sikap tersebut dipertegas oleh
Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jhr. Mr. A.W.L. Tjarda Van
Starkenborgh Stachouwer dengan mengumumkan perang melawan Jepang.
Hindia Belanda termasuk ke dalam Front ABCD (Amerika Serikat,
Brittania/Inggris, Cina, Dutch/Belanda) dengan Jenderal Wavel (dari
Inggris) sebagai Panglima Tertinggi yang berkedudukan di Bandung.
Angkatan perang Jepang begitu kuat, sehingga Hindia Belanda yang
merupakan benteng kebanggaan Inggris di daerah Asia Tenggara akhirnya
jatuh ke tangan pasukan Jepang. Peperangan yang dilakukan oleh Jepang
di Asia Tenggara dan di Lautan Fasifik ini diberi nama Perang Asia
Timur Raya atau Perang Pasifik. Dalam waktu yang sangat singkat, Jepang
telah dapat menguasai daerah Asia Tenggara seperti Indochina,
Muangthai, Birma (Myanmar), Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Jatuhnya
Singapura ke tangan Jepang pada tanggal 15 Pebruari 1941, yaitu dengan
ditenggelamkannya kapal induk Inggris yang bernama Prince of Wales dan
HMS Repulse, sangat mengguncangkan pertahanan Sekutu di Asia. Begitu
pula satu persatu komandan Sekutu meninggalkan Indonesia, sampai
terdesaknya Belanda dan jatuhnya Indonesia ke tangan pasukan Jepang.
Namun sisa-sisa pasukan sekutu di bawah pimpinan Karel Doorman
(Belanda) dapat mengadakan perlawanan dengan pertempuran di Laut Jawa,
walaupun pada akhirnya dapat ditundukkan oleh Jepang.
Secara kronologis serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia adalah
sebagai berikut: diawali dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942),
kemudian Minahasa, Sulawesi, Balikpapan, dan Ambon. Kemudian pada bulan
Februari 1942 pasukan Jepang menduduki Pontianak, Makasar,
Banjarmasin, Palembang, dan Bali.
Pendudukan terhadap Palembang
lebih dulu oleh Jepang mempunyai arti yang sangat penting dan
strategis, yaitu untuk memisahkan antara Batavia yang menjadi pusat
kedudukan Belanda di Indonesia dengan Singapura sebagai pusat kedudukan
Inggris. Kemudian pasukan Jepang melakukan serangan ke Jawa dengan
mendarat di daerah Banten, Indramayu, Kragan (antara Rembang dan
Tuban). Selanjutnya menyerang pusat kekuasaan Belanda di Batavia (5
Maret 1942), Bandung (8 Maret 1942) dan akhirnya pasukan Belanda di
Jawa menyerah kepada Panglima Bala Tentara Jepang Imamura di Kalijati
(Subang, 8 Maret 1942). Dengan demikian, seluruh wilayah Indonesia
telah menjadi bagian dari kekuasaan penjajahan Jepang.
- Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Portugis
- Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Inggris
- Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Belanda
- Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Jepang
Pasukan Jepang selalu
berusaha untuk dapat memikat hati rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar bangsa Indonesia memberi bantuan kepada pasukan
Jepang. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia maka dibentuklah
organisasi resmi seperti Gerakan Tiga A, Putera, dan PETA.
Gerakan Tiga A, yaitu Nippon Pelindung
Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia. Gerakan ini dipimpin
oleh Syamsuddin SH. Namun dalam perkembangan selanjutnya gerakan ini
tidak dapat menarik simpati rakyat, sehingga pada tahun 1943 Gerakan
Tiga A dibubarkan dan diganti dengan Putera.
Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Organisasi
ini dibentuk pada tahun 1943 di bawah pimpinan "Empat Serangkai", yaitu
Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur.
Gerakan Putera ini pun diharapkan dapat menarik perhatian bangsa
Indonesia agar membantu pasukan Jepang dalam setiap peperangan yang
dilakukannya. Akan tetapi gerakan Putera yang merupakan bentukan Jepang
ini ternyata menjadi bumerang bagi Jepang. Hal ini disebabkan oleh
anggota-anggota dari Putera yang memiliki sifat nasionalisme yang
tinggi.
Pembela Tanah Air (PETA). PETA merupakan
organisasi bentukan Jepang dengan keanggotaannya terdiri atas
pemuda-pemuda Indonesia. Dalam organisasi PETA ini para pemuda bangsa
Indonesia dididik atau dilatih kemiliteran oleh pasukan Jepang.
Pemuda-pemuda inilah yang menjadi tiang utama perjuangan kemerdekaan
bangsa dan negara Indonesia.
Tujuan awal pembentukan organisasi PETA
ini adalah untuk memenuhi kepentingan peperangan Jepang di Lautan
Pasifik. Dalam perkembangan berikutnya, ternyata PETA justru sangat
besar manfaatnya bagi bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaan melalui
perjuangan fisik. Misalnya, Jenderal Sudirman dan Jenderal A.H.
Nasution adalah dua orang tokoh militer Indonesia yang pernah menjadi
pemimpin pasukan PETA pada zaman Jepang. Namun karena PETA terlalu
bersifat nasional dan dianggap sangat membahayakan kedudukan Jepang
atas wilayah Indonesia, maka pada tahun 1944 PETA dibubarkan.
Berikutnya Jepang mendirikan organisasi lainnya yang bernama
Perhimpunan Kebaktian Rakyat yang lebih terkenal dengan nama Jawa
Hokokai (1944). Kepemimpinan organisasi ini berada di bawah Komando
Militer Jepang.
Secara umum dapat dikatakan bahwa
pendudukan Jepang di bumi Indonesia tidak dapat diterima. Jepang juga
sempat mengadakan pembunuhan secara besar-besaran terhadap masyarakat
dari lapisan terpelajar di daerah Kalimantan Barat. Pada daerah ini
tidak kurang dari 20.000 orang yang menjadi korban keganasan pasukan
Jepang. Hanya sebagian kecil saja yang dapat menyelamatkan diri dan
lari ke Pulau Jawa. Selain itu, banyak pula perlawanan-perlawanan rakyat
atas penindasan Jepang seperti antara lain :
1. Pada awal pendudukan Jepang di Aceh tahun
1942 terjadi pemberontakan di Cot Plieng, Lhokseumawe di bawah pimpinan
Tengku Abdul Jalil. Pemberontakan ini dapat dipadamkan, dan dua tahun
kemudian, yaitu pada tahun 1944 muncul lagi pemberontakan di Meureu di
bawah pimpinan Teuku Hamid yang juga dapat dipadamkan oleh pasukan
Jepang.
2. Karang Ampel, Sindang (Kabupaten
Indramayu) tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah itu kepada
Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawannya,
namun perlawanan ini berhasil ditindas oleh Jepang dengan sangat
kejamnya.
3. Sukamanah (Kabupaten Tasikmalaya), tahun
1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah itu kepada Jepang. Perlawanan
ini dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa. Dalam perlawanan ini Zaenal
Mustafa berhasil membunuh kaki tangan Jepang. Dengan kenyataan seperti
ini, Jepang melakukan pembalasan yang luar biasa dan melakukan
pembunuhan massal terhadap rakyat.
4. Blitar, pada tanggal 14 Pebruari 1945
terjadi pemberontakan PETA di bawah pimpinan Supriyadi (putra Bupati
Blitar). Dalam memimpin pemberontakan ini Supriyadi tidak sendirian dan
dibantu oleh teman-temannya seperti dr. Ismail, Mudari, dan Suwondo.
Pada pemberontakan itu, orang-orang Jepang yang ada di Blitar
dibinasakan. Pemberontakan heroik ini benar-benar mengejutkan Jepang,
terlebih lagi pada saat itu Jepang terus menerus mengalami kekalahan di
dalam Perang Asia Timur Raya dan Perang Pasifik. Kemudian Jepang
mengepung kedudukan Supriyadi, namun pasukan Supriyadi tetap mengadakan
aksinya. Jepang tidak kehilangan akal, ia melakukan suatu tipu
muslihat dengan menyerukan agar para pemberontak menyerah saja dan akan
dijamin keselamatannya serta akan dipenuhi segala tuntutannya. Tipuan
Jepang tersebut temyata berhasil dan akibatnya banyak anggota PETA yang
menyerah. Pasukan PETA yang menyerah tidak luput dari hukuman Jepang
dan beberapa orang dijatuhi hukuman mati seperti Ismail dan
kawan-kawannya. Di samping, itu ada pula yang meninggal karena siksaan
Jepang.
Menjelang tahun 1945, posisi Jepang dalam Perang
Pasifik mulai terjepit. Jenderal Mac. Arthur, Panglima Komando
Pertahanan Pasifik Barat Daya yang terpukul di Filipina mulai
melancarkan pukulan balasan dengan siasat “loncat kataknya”. Satu per
satu pulau-pulau antara Australia dan Jepang dapat direbut kembali.
Pada bulan April 1944 Sekutu telah mendarat di Irian Barat. Kedudukan
Jepang pun semakin terjepit. Keadaan makin mendesak ketika pada bulan
Juli 1944 Pulau Saipan pada gugusan Kepulauan Mariana jatuh ke tangan
Sekutu. Bagi Sekutu pulau tersebut sangat penting karena jarak Saipan -
Tokyo dapat dicapai oleh pesawat pengebom B 29 USA. Hal itu
menyebabkan kegoncangan dalam masyarakat Jepang. Situasi Jepang pun
semakin buruk. Akibat faktor-faktor yang tidak menguntungkan tersebut,
menyebabkan jatuhnya Kabinet Tojo pada tanggal 17 Juli 1944 dan
digantikan oleh Jenderal Kuniaki Koiso. Agar rakyat Indonesia bersedia
membantu Jepang dalam Perang Pasifik, maka pada tanggal 7 September
1944 Perdana Menteri Koiso mengumumkan janji pemberian kemerdekaan
kepada Indonesia di kemudian hari. Janji ini dikenal sebagai janji
kemerdekaan Indonesia.
Sebagai realisasi dari janji kemerdekaan
yang diucapkan oleh Koiso, maka pemerintah pendudukan Jepang di bawah
pimpinan Letnan Jenderal Kumakici Harada pada tanggal 1 Maret 1945
mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Coosakai). Tugas
BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang penting
yang berhubungan dengan berbagai hal yang menyangkut pembentukan negara
Indonesia merdeka. BPUPKI memiliki anggota sebanyak 67 orang bangsa
Indonesia ditambah 7 orang dari golongan Jepang. BPUPKI diketuai oleh
dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat dan dibantu oleh dua orang ketua
muda yaitu R.P. Suroso dan Ichibangse dari Jepang. Anggota BPUPKI
dilantik pada tanggal 28 Mei 1945 di gedung Cuo Sangi In, Jalan
Pejambon Jakarta (sekarang gedung Departemen Luar Negeri).
Selama masa berdirinya, BPUPKI mengadakan
sidang sebanyak dua kali. Sidang pertama berlangsung antara 29 Mei - 1
Juni 1945 membahas rumusan dasar negara. Sidang kedua berlangsung
tanggal 10 - 16 Juli 1945 membahas batang tubuh UUD negara Indonesia
merdeka.
Setelah berhasil menyelesaikan tugasnya,
BPUPKI dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945 dan sebagai gantinya
dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI atau Dokuritsu
Junbi Inkai). PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno.
Sementara itu, keadaan Jepang semakin
terjepit setelah dua kota di Jepang dibom atom oleh Sekutu. Pada
tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom yang dijuluki little boy
dijatuhkan di kota Hiroshima dan menewaskan 129.558 orang. Kemudian
pada tanggal 9 Agustus 1945 kota Nagasaki dibom atom oleh Sekutu.
Akibat kedua kota tersebut dibom, Jepang menjadi tidak berdaya sehingga
pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada
Sekutu.
Dengan demikian berakhirlah penjajahan
Jepang di Indonesia. Dan pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia resmi
memproklamirkan kemerdekaannya.
0 Response to "Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Jepang | Sejarah Nasional Indonesia"