Sejarah Perang Maluku (1817) | Sejarah Nasional Indonesia
Bangsa Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang
berhasil menguasai Maluku pada tahun 1512, kemudian disusul oleh bangsa
Spanyol. Lalu disusul bangsa Inggris menguasai Maluku pada tahun 1811.
Berdasarkan Convention of London (1814), daerah Maluku diserahkan oleh
Inggris kepada Belanda. Belanda kemudian menerapkan praktek monopoli
perdagangan di Maluku, dan melakukan tindakan-tindakan lain yang sangat
merugikan rakyat Maluku. Diantaranya diadakan "pelayaran hongi" dan
"ekstirpasi" yaitu aksi penebangan pohon pala dan cengkeh yang melanggar
aturan monopoli.
Akibat penderitaan
yang dialami rakyat Maluku, maka timbullah reaksi dan perlawanan rakyat
Maluku pada tahun 1817 dibawah pimpinan Thomas Matulessy atau lebih
dikenal dengan nama Kapitan Pattimura, seorang bekas sersan mayor pada
dinas angkatan perang Inggris. Pattimura dibantu oleh beberapa pejuang
lainnya antara lain, Anthony Rhebok, Thomas Pattiwael dan seorang
pejuang putri Christina Martha Tiahahu.
- Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Portugis
- Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Inggris
- Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Belanda
- Sejarah Kolonialisme atau Penjajahan Jepang
- Sejarah Perang Maluku (1817)
Benteng Duurstede
Untuk membalas dan merebut
kembali benteng Duurstede, Belanda mendatangkan bala bantuan dari Ambon
ke Haruku pada tanggal 19 Mei 1817. Bantuan itu berkekuatan 200 orang
prajurit dan dipimpin oleh seorang mayor. Mereka memusatkan kekuatan di
benteng Zeelandia.
Benteng Zeelandia
Raja-raja di Maluku mengerahkan rakyatnya untuk
menyerang benteng Zeelandia. Belanda menerobos kepungan rakyat dan
melanjutkan perjalanan ke Saparua. Terjadi pertempuran sengit di
Saparua. Banyak jatuh korban dipihak tentara Belanda. Dengan demikian
berhasillah pasukan Pattimura mempertahankan benteng Duurstede.
Kemenangan yang gemilang ini menambah semangat juang rakyat Maluku,
sehingga perlawanan meluas ke daerah lain seperti Seram, Hitu dan
lain-lain. Perlawanan rakyat di Hitu, ditangani oleh Ulupaha (80 tahun).
Karena pengkhianatan terhadap bangsa sendiri, akhirnya Ulupaha terdesak
dan tertangkap oleh Belanda.
Pada bulan Juli 1817, Belanda mendatangkan
bala bantuan berupa kapal perang yang dilengkapi dengan meriam-meriam.
Benteng Duurstede yang dikuasai oleh Pattimura dihujani meriam-meriam
yang ditembakkan dari laut. Akhirnya benteng Duurstede berhasil direbut
kembali oleh Belanda. Pasukan Pattimura melanjutkan perjuangan dengan
siasat perang gerilya.
Pada bulan Oktober 1817, Belanda
mengerahkan pasukan besar-besaran untuk menghadapi Pattimura. Sedikit
demi sedikit pasukan Pattimura terdesak. Akhirnya pada bulan November
1817, Belanda berhasil menangkap Pattimura, Anthonie Rhebok dan Thomas
Pattiwael.
Pada tanggal 16 Desember 1817, Kapitan
Pattimura dan teman-teman menjalani hukuman gantung di depan benteng
Neuw Victoria di Ambon. Sementara Kapitan Paulus Tiahahu ditembak mati
dan putrinya Christina Martha Tiahahu diasingkan ke Pulau Jawa pada
tanggal 2 Januari 1818 dan meninggal diatas kapal perang Eversten.
Christina meninggal diusia 17 tahun. Jenazahnya diluncurkan di Laut
Banda.
Atas jasa-jasanya, Pemerintah memberi gelar Pahlawan Nasional kepada Kapitan Pattimura dan Christina Martha Tiahahu.
0 Response to "Sejarah Perang Maluku (1817) | Sejarah Nasional Indonesia"