Tempat Bersejarah di Indonesia Candi Kidal
Candi Kidal terletak di Desa Rejokidal, Kecamatan
Tumpang, Kabupaten Malang, tepatnya sekitar 20 km ke arah timur dari
kota Malang. Candi Kidal dibangun pada 1248 M, setelah upacara pemakaman
'Cradha' untuk Raja Anusapati dari Kerajaan Singasari. Tujuan
pembangunan candi ini adalah untuk mendarmakan Raja Anusapati, agar sang
raja dapat mendapat kemuliaan sebagai Syiwa Mahadewa.
Keberadaan candi Kidal diperkuat dengan penggalan pupuhdalam
kitab Negarakertagama, sebuah kakawin kaya raya informasi tentang kerajaan Majapahit dan Singosari,
menceritakan hal yang berkaitan dengan raja Singosari
ke-2, Anusapati, beserta tempat pendharmaannya di candi Kidal.
Peninggalan Sejarah
- Tempat Bersejarah di Indonesia Candi Mendut
- Tempat Bersejarah di Indonesia Candi Jago
- Tempat Bersejarah di Indonesia Candi Kidal
Bathara Anusapati menjadi raja
Selama pemerintahannya tanah Jawa kokoh sentosa
Tahun caka Persian Gunung Sambu (1170 C - 1248 M) beliau berpulang ke Siwabudaloka
Cahaya beliau diujudkan arca Siwa gemilang di candi Kidal
(Negarakertagama, pupuh 41/bait 1, Slamet Mulyono)
Bangunan candi seluruhnya terbuat dari batu
andesit dan berdimensi geometris vertikal. Di sekeliling halaman candi
terdapat susunan batu yang berfungsi sebagai pagar. Tubuh candi berdiri
diatas batur (kaki candi) setinggi sekitar 2 m. Untuk mencapai selasar
di lantai kaki candi dibuat tangga batu tepat di depan pintu. Yang
menarik, anak tangga dibuat tipis-tipis, sehingga dari kejauhan tampak
seperti bukan tangga masuk yang sesungguhnya. Tangga batu ini tidak
dilengkapi pipi tangga berbentuk ukel, sebagaimana yang banyak dijumpai
di candi lainnya, namun di kiri-kanan anak tangga pertama terdapat badug
(tembok rendah) berbentuk siku yang menutup sisi samping dan sebagian
sisi depan kaki tangga. Badug semacam ini tidak terdapat di candi lain.
Pintu
candi menghadap ke barat, dilengkapi dengan bilik penampil dengan
hiasan Kalamakara (kepala Kala) di atas ambangnya. Hiasan kepala kala
yang nampak menyeramkan dengan matanya melotot penuh, mulut terbuka
serta 2 taring besar dan bengkok, memberi kesan dominan. Adanya 2 taring
tersebut juga merupakan ciri khas candi Jawa Timur. Disudut kiri dan
kanan terdapat jari tangan dengan mudra (sikap) mengancam, sehingga
sempurnalah kesan seram yang patut dimiliki oleh makhluk penjaga
bangunan suci candi. Di kiri dan kanan pintu terdapat relung kecil
tempat meletakkan arca yang dilengkapi dengan bentuk 'atap' di atasnya.
Di atas ambang relung-relung ini juga terdapat hiasan kalamakara.
Atap
Candi Kidal berbentuk kotak bersusun tiga, makin ke atas makin
mengecil. Puncaknya tidak runcing, melainkan persegi dengan permukaan
yang cukup luas. Puncak atap tidak dihiasi dengan ratna atau stupa,
melainkan hanya datar saja. Sekeliling tepi masing-masing lapisan
dihiasi dengan ukiran bunga dan sulur-suluran. Konon dulu di setiap
sudut lapisan atap candi dipasang sebuah berlian kecil. Sekeliling kaki
candi dihiasi dengan pahatan bermotif medalion yang berjajar diselingi
bingkai bermotif bunga dan sulur-suluran. Di kiri dan kanan pangkal
tangga serta di setiap sudut yang menonjol ke luar terdapat patung
binatang yang terlihat mirip singa dalam posisi duduk seperti manusia
dengan satu tangan terangkat ke atas. Patung-patung ini terlihat seperti
sedang menyangga pelipit atas kaki candi yang menonjol keluar dari
selasar.
Tubuh candi dapat dikatakan ramping, sehingga selasar di
kaki candi cukup lebar. Dalam tubuh candi terdapat ruangan yang tidak
terlalu luas. Dinding candi juga dihiasi dengan pahatan bermotif
medalion. Pada dinding di sisi samping dan belakang terdapat relung
tempat meletakkan arca. Relung-relung tersebut juga dilengkapi dengan
bentuk 'atap' dan hiasan kalamakara di atas ambangnya. Tidak satupun
arca yang masih bisa didapati di Candi Kidal. Konon arca Syiwa yang
indah, yang saat ini tersimpan di museum Leiden, dahulu berasal dari
Candi Kidal.
Dalam kesusastraan Jawa kuno,
terdapat mitos yang terkenal di kalangan masyarakat, yaitu mitos
Garudheya, seekor garuda yang berhasil membebaskan ibunya dari
perbudakan dengan tebusan air suci amerta (air kehidupan). Konon relief
mitos Garudheya dibuat untuk memenuhi amanat Anusapati yang ingin
meruwat Ken Dedes, ibunda yang sangat dicintainya. Mitos Garudheya
tertuang secara lengkap dalam relief di seputar kaki candi. Untuk
membacanya digunakan teknik prasawiya (berlawanan dengan arah jarum
jam), dimulai dari sisi selatan.
Relief pertama
menggambarkan seekor garuda menggendong 3 ekor ular besar, relief kedua
melukiskan seekor garuda dengan kendi diatas kepalanya, dan relief
ketiga garuda menggendong seorang wanita. Diantara ketiga relief
tersebut, relief kedua adalah yang paling indah dan utuh.
0 Response to "Tempat Bersejarah di Indonesia Candi Kidal"